BELAJAR ARKEOLOGI BAWAH AIR Di Negeri Gajah Putih


Pendahuluan
Negara Indonesia adalah negara yang besar dengan wilayah lautannya lebih luas daripada daratannya. Potensi lautannya menyimpan kekayaan peninggalan warisan bawah air yang sangat besar. Ratusan atau bahkan mungkin ribuan kapal tenggelam menanti untuk diteliti dan dilestarikan. Kekayaan itu tidak luput dari ancaman manusia untuk kepentingan pribadi. Dari tahun ketahun keberadaan kapal-kapal tenggelam semakin berkurang oleh tangan-tangan nelayan maupun tangan-tangan yang bermodal besar.
Pelestarian warisan budaya bawah air di Indonesia menghadapi ancaman antara lain disebabkan perlindungan hukum yang tidak kuat dan kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil. Penelitian di bawah air bukan pekerjaan yang mudah. Diperlukan tidak hanya kemampuan selam yang handal tetapi juga pengetahuan arkeologi bawah air yang baik.
Peningkatan keterampilan dan pengetahuan bagi pegawai yang terlibat di arkeologi bawah air secara rutin dilakukan oleh pemerintah melalui Direktorat Peninggalan Bawah Air dan Unit Pelaksana Teknis di daerah. Namun dipandang belum cukup untuk meningkatkan kemampuan teknis pegawainya. Hal itu antara lain disebabkan belum adanya upaya untuk mengundang ahli-ahli dibidang arkeologi bawah air. Faktor lainnya adalah belum adanya kerjasama di bidang pelatihan dan penelitian dengan negara-negara yang berpengalaman dalam penelitian arkeologi bawah air sebagai upaya untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan langsung di lapangan akibatnya perkembangan arkeologi bawah air di Indonesia masih tertinggal dibanding Thailand dan Srilangka. Mereka telah melakukan kerjasama pelatihan dan penelitian antara lain dengan Australia dan Belanda.
Kegiatan UNESCO Bangkok mengadakan kursus dasar dan dilanjutkan kursus lanjutan pada tahun ini diharapkan akan membantu meningkatkan pengetahuan dibidang warisan bawah air di Indonesia. Kursus dasar dilaksanakan selama 6 minggu dengan tenaga pelatih dari Inggris, Amerika, Australia, Belanda, Filipina dan Thailand. Kursus lanjutan rencananya dilaksanakan selama 2 minggu dengan materi mengenai Remote Sensing. Keikutsertaan peserta dari Indonesia diharapkan memberi manfaat semakin berkembangnya pengetahuan tentang perlindungan warisan budaya bawah air.


Materi Kursus
Pada tanggal 1 Maret sd. 10 April 2010 telah dilaksanakan UNESCO Second Foundation Course for Underwater Cultural Heritage di Chanthaburi, Thailand. Kegiatan kedua yang diadakan oleh UNESCO setelah kegiatan pertama yang dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober sd. 4 Desember 2009. Kursus diatur dalam bentuk kursus dasar (foundation course) dan kursus lanjutan (advanced course). Kegiatan kursus merupakan respon dari rekomendasi para delegasi dan ahli yang menghadiri workshop regional Asia-Pasifik untuk mendiskusikan konvensi perlindungan warisan bawah air tahun 2001 di Hongkong, Cina pada tahun 2003. Pemerintah Thailand menjadi tuan rumah karena pengalamannya dan ketersediaan sarana dan prasarananya.
Pada kursus pertama dihadiri oleh peserta berjumlah 16 orang dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Kamboja, Laos, Thailand, dan Srilangka. Sedangkan kursus kedua dihadiri oleh peserta berjumlah 19 orang dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Kamboja, Brunei, Vietnam, Thailand, Pakistan, Banglades, dan Srilangka. Pelatih yang memberikan teori dan praktek merupakan para ahli dibidangnya yang berasal dari berbagai Negara berjumlah 11 orang yang berasal dari Inggris, Amerika, Australia, Belanda, Filipina, dan Thailand.
Para peserta dan pelatih ditempatkan di sebuah bangunan yang telah disediakan oleh panitia selama kegiatan berlangsung di daerah Chaetalep, Kota Chanthaburi. Lokasinya tepat dipinggir sungai. Bangunannya berbentuk memanjang terdiri dari kamar tidur, kamar mandi dan toilet, ruang kelas, ruang makan dan ruang tamu. Kamar tidur, ruang kelas, dan ruang makan dilengkapi dengan AC. Halamannya juga cukup luas. Tampak bahwa panitia mempersiapkannya dengan baik untuk kenyamanan.
Materi-materi kursus terdiri dari teori, praktek, dan kunjungan ke situs arkeologi. Pengajaran teori dilakukan di dalam kelas setiap hari dari jam 09.00 sampai 17.00 dengan diselingi coffee break dan makan siang. Kegiatan di dalam kelas berlangsung selama 3 minggu. Setelah itu praktek di situs kapal tenggelam bernama Mannok Shipwreck di Distrik Klaeng. Lokasinya sekitar 2 jam dengan mobil dan 4 jam dengan kapal. Kegiatan berlangsung selama 2 Minggu. Selanjutnya kembali ke Chanthaburi untuk mengikuti teori dan menyelesaikan tugas yang berupa pembuatan laporan Rencana Manajemen (management plan), pameran (exhibition), dan Presentasi Akhir (final presentation). Laporan lengkapnya sebagai berikut:


Teori
Pada kursus dasar ini diberikan teori-teori yang berjumlah 23 buah. Teori yang diberikan sebagian besar diajarkan oleh Christhoper Underwood yang merupakan pelatih dari Nautical Archaeology Society (NAS). NAS ini biasa mengadakan sertifikasi yang terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat I, II, dan III. Pada kursus dasar ini diajarkan teori dan praktek untuk tingkat I. Pengajar lainnya hanya memberikan satu atau dua materi. Teori-teori yang dipelajari lengkapnya sebagai berikut:

1. Pengenalan Arkeologi (Introduction to Archaeology)
Topik yang dipelajari meliputi definisi arkeologi, tipe-tipe peninggalan arkeologi, karakteristik dari situs-situs arkeologi bawah air, interpretasi artefak, dan metode-metode untuk identifikasi pertanggalan

2. Pengenalan Survei 2D (Introduction to 2D Survey)
Topik yang dipelajari meliputi tujuan survey, hasil dari survey, peralatan survei dasar, pengenalan metode-metode survey arkeologi 2D, dan hasil penggambaran.

3. Pengenalan Survei Situs 3D (Introduction to 3D Site Surveying)
Topik yang dipelajari meliputi revisi dari metode-metode survei 2D, Penggunakan metode-metode survei 2D untuk survei 3D, Metode survei langsung dan proses hasil survei

4. Pengenalan Manajemen Proyek (Introduction to Project Management)
Topik yang dipelajari meliputi tipe-tipe proyek yang berbeda, Pentingnya sasaran dan tujuan yang jelas, fase-fase proyek arkeologi yang berbeda, aspek-aspek yang berbeda yang diperlukan untuk menjadi kesimpulan dalam sebuah rencana, sumber-sumber informasi yang dapat digunakan dalam perencanaan sebuah proyek, dan pengenalan contoh-contoh praktis

5. Keselamatan Selam and Logistik Proyek (Diving Safety and Project Logistic)
Topik yang dipelajari meliputi tugas dan tanggungjawab yang berbeda pada sebuah situs, isu-isu keselamatan, keselamatan dan logistik secara umum, Keselamatan dan logistik situs bawah air dan situs kawasan pasang surut, sistim-sistim perekaman penyelaman

6. Metode-Metode Survey dan Pencarian area (Area Search and Survey Methods)
Topik yang dipelajari meliputi metode-metode survei atau pencarian oleh penyelam, pencarian dengan alat geografik, dan penentuan posisi.

7. Manajemen Data (Data Management)
Topik yang dipelajari meliputi prinsip-prinsip aktivitas setelah kerja lapangan, interpretasi sebuah situs, arsip situs dan penyebaran hasil.

8. Desk Based Assessment
Topik yang dipelajari meliputi prinsip-prinsip dari desk-based assessment, penggunaan sumber-sumber bahan primer dan sekunder, jangkauan dan batasan-batasan data dan apllikasinya untuk proyek-proyek perencanaan atau managemen, penggunaan sumber-sumber dokumentasi dan informasi evaluasi dan relevansinya

9. Teknologi Kapal (Ship Technology)
Topik yang dipelajari meliputi pengenalan kapal kayu dan besi Eropa dari abad 18-19 masehi.

10. Penilaian Signifikan (Significance Assessment)
Topik yang dipelajari meliputi konsep dari penilaian signifikan, penilaian signifikan budaya, pentingnya penilaian signifikan untuk manajemen warisan budaya bawah air, bagaimana menggunakan penilaian-penilaian dampak arkeologi dan perencanaan-perencanaan manajemen konservasi, mengaplikasikan informasi ke penilaian yang dimiliki dari sebuah situs yang dipilih.

11. Pengenalan Konvensi UNESCO 2001 (Introduction to the 2001 UNESCO Convention)
Topik yang dipelajari meliputi isi dari konvensi, isu-isu menurut aturan dan operasionalnya, dan tambahannya

12. Pengenalan GIS (Introduction to GIS)
Topik yang dipelajari meliputi apa yang dimaksud dengan GIS, Macam-macam penggunaan GIS, GIS dalam arkeologi

13. Publikasi Arkeologi (Archaeological Publication)
Topik yang dipelajari meliputi apa publikasi tentang arkeologi, proses-proses yang tersangkut dalam memperoleh mempublikasikan sebuah artikel, latihan yang paling baik dalam mengilustrasikan artikel-artikel untuk publikasi. Isu-isu yang berhubungan dengan hak penggandaan dan ijin untuk penggunaan gambar-gambar.

14. Analisis Budaya Materi (Material Culture Analysis)
Topik yang dipelajari meliputi produksi (penciptaan dan pembuatan), teknologi (contoh pembangunan kapal), fungsi (penggunaan) dan ragam- kelanjutan dan perubahan, arti, kontek, pertukaran (perdagangan), komsumsi, transformasi (perubahan penggunaan)

15. Pengenalan Arkeologi Intrusif (Introduction to Intrusive Archaeology)
Topik yang dipelajari meliputi pengenalan tentang ekskavasi sebagai bagian dari manajemen UCH, tanggungjawab sebagai arkeolog terhadap situs dan temuan, dan tehnik-tehnik intrusif

16. Penanganan Temuan/Konservasi (Finds Handling/Conservation)
Topik yang dipelajari meliputi pengenalan penilaian-penilaian kondisi, perawatan-perawatan, penyimpanan koleksi batu, kaca, keramik, besi, tembaga, timah, perak, emas, alumunium, dan bahan-bahan organik, dan pertolongan pertama pada temuan

17. Perlindungan insitu (In situ Protection)
Topik yang dipelajari meliputi pengenalan perlindungan in situ, kenapa perlindungan in situ, dan ancaman terhadap warisan budaya bawah air, pengukuran keluasan kerapuhan, dan contoh-contoh tehnik yang digunakan untuk perlindungan in situ

18. Sumber-Sumber Arkeologi (Archaeological Resources)
Topik yang dipelajari meliputi pembagian sumber-sumber arkeologi dalam subgrup, apa sumber-sumber arkeologi yang diketahui dan tak diketahui, dan sumber-sumber arkeologi masa depan

19. Mengelola Warisan Budaya Bawah Air (Managing Underwater Cultural Heritage)
Topik yang dipelajari meliputi pengenalan tentang mengelola warisan budaya bawah air, bagaimana cara mengelola UCH, penentu kebijakan.

20. Analisis Keramik Asia (Asian Ceramic Analysis)
Topik yang dipelajari meliputi pengenalan mengenai keramik Asia dan analisisnya, serta metode pertanggalannya.

21. Kapal Asia (Asian Boat)
Topik yang dipelajari meliputi pengenalan teknologi kapal Asia, istilah, dan struktur-struktur.

22. Museologi (Museology)
Topik yang dipelajari meliputi pengenalan museum, definisi, peranan-peranannya dalam warisan budaya bawah air, pameran, dan manajemen.

23. Arkeologi Publik/Peningkatan Kesadaran (Public Archaeology/Raising Awareness)
Topik yang dipelajari meliputi pengenalan tentang arkeologi publik dan bentuk-bentuk keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan arkeologi.


Praktek
Kegiatan praktek berupa pengukuran perahu dan pengukuran 2D/3D. Praktek pengukuran perahu kayu dilakukan di kantor Underwater Archaeology Division (UAD) Thailand. Peserta dibagi dalam empat tim yang masing-masing berjumlah 4 orang pada 2 buah perahu kayu. Pada kegiatan tersebut dilakukan pengukuran untuk mendapatkan gambar ship plan yang terdiri dari body plan (section plan), sheer plan (elevation plan or profile plan), dan half-breadth plan (water line plan or level line plan).
Praktek pengukuran 2D/3D dilakukan di sebuah situs kapal tenggelam yang bernama Situs Mannok. Di situs ini terdapat kapal tenggelam yang berasal dari abad 19 Masehi. Reruntuhan kapal merupakan kapal uap yang terbuat dari besi. Lokasi tenggelamnya di kedalaman 20 meter. Peserta dibagi dalam tiga tim yang masing-masing berjumlah 4 atau 5 orang. Kegiatan penyelaman dilakukan dua kali dalam sehari pada pagi dan siang hari. Para penyelam dibagi dalam 2 kelompok dari masing-masing tim. Ketiga tim melakukan pengukuran pada bagian depan (bow), tengah (mid), dan belakang (stern). Tugas masing-masing tim adalah untuk mempraktekkan pengukuran dengan cara offset, ties, atau trilateration. Pengukuran dilakukan pada sisa-sisa kapal dan temuan-temuan yang tersebar di dalam dan luar kapal. Gambar yang dihasilkan oleh masing-masing tim selanjutnya digabung dan menghasilkan gambar rencana situs (siteplan), potongan (cross section), dan elevasi (elevation). Setiap tim selanjutnya menuliskannya ke dalam management plan.


Kunjungan
Kegiatan kunjungan dilaksanakan pada waktu libur yang waktunya sehari dalam seminggu. Panitia membawa peserta ke Museum Maritim Nasional (National Maritime Museum) dan situs-situs arkeologi yang berada di kota Chanthaburi. Museum maritim merupakan museum yang dibangun di dalam sebuah benteng kuno. Museum ini satu kompleks dengan kantor Underwater Archaeology Division (UAD). Museum maritim menampilkan sejarah maritim Kerajaan Thailand dan juga hasil-hasil yang telah dilakukan oleh tim UAD. Di dalam museum ini terdapat diorama aktivitas arkeologi bawah air dan gudang penyimpanan benda-benda yang ditemukan pada kapal tenggelam yang telah diteliti. Isi gudang sebagian besar berupa keramik Thailand. Ditampilkan juga beragam replika perahu kuno dan perahu yang dipergunakan oleh raja dan masyarakat.
Kunjungan ke situs-situs arkeologi adalah ke lokasi kolam kuno yang dibangun pada masa Kerajaan Khmer dan kolam perahu kuno. Situs kolam kuno adalah tempat yang dipergunakan untuk mandi mensucikan diri sebelum melakukan ibadah di pura. Tak jauh dari lokasi terdapat dua buah bangunan stupa yang terbuat dari bata kuno. Kedua stupa tersebut sekarang berada di dalam kompleks ibadah para biksu yang dilengkapi dengan bangunan baru. Di sana juga terdapat museum yang menyimpan peninggalan-peninggalan purbakala.
Lokasi kolam perahu kuno disebut situs Samed Ngam. Diduga dahulunya merupakan tempat pembangunan kapal. Di situs terdapat kapal tenggelam yang disebut Junk. Kapal itu pertama kali ditinjau pada tahun 1982 dan dilanjutkan penelitiannya pada tahun 1989. Pada saat sekarang kerangka kapal masih dibiarkan di dalam air menyerupai kolam dilindungi oleh bangunan pelindung sehingga tidak terkena panas dan hujan. Di dekatnya dibangun museum yang berisikan foto-foto proses penelitian, gambaran tentang junk, dan temuan-temuan arkeologis.


Penutup
Indonesia sebagai negara yang belum meratifikasi Konvensi 2001 telah mendapatkan kesempatan untuk mengirimkan warganegaranya mengikuti kursus dasar warisan budaya bawah air di Thailand. Dibandingkan dengan negara-negara peserta lainnya, maka Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi warisan bawah air yang paling banyak dan juga rawan dalam kasus pengangkatan yang dilakukan oleh pemburu harta karun. Satu hal yang menjadi keprihatinan UNESCO adalah adanya kegiatan pengangkatan yang bertujuan untuk komersial.
UNESCO mengadakan kursus ini bertujuan untuk membangun kemampuan regional dalam perlindungan dan manajemen warisan bawah air melalui pelatihan profesional mengenai teknik-teknik pemetaan dan inventarisasi arkeologi bawah air, identifikasi situs, inventarisasi dan investigasi, museologi, pemantauan dan perlindungan menurut standar profesional internasional; untuk menyediakan sebuah jaringan diantara negara-negara peserta melalui dorongan kerjasama yang erat dan penyebarluasan pelatihan yang baik, dan juga pertukaran informasi dalam bidang konservasi dan manajemen; dan untuk menyiapkan negara-negara anggota dalam pengesahan dan pelaksanaan konvensi 2001 dan tambahannya.
Share:

3 komentar:

Amri mengatakan...

Hebat.....dan tahniah......

Anonim mengatakan...

ciut eh cuit cuiiiit. selamat ya a. mudah2an semakin banyak ilmunya. yang di srilangka blm ditulis yah?

JELAJAH SITUS mengatakan...

Alhamdulillah......sudah bisa aktif lagi setelah sebelumnya lupa PASSWORD

Profile

Foto saya
AGUS SUDARYADI, arkeolog yang bekerja di Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi Wilayah Kerja Prop. Jambi, Sumsel, Bengkulu, dan Kep. Bangka-Belitung yang sering melakukan Jelajah Situs dalam rangka Pelestarian Cagar Budaya. Menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Situs adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Pekerjaan tersebut memberikan saya kesempatan untuk menjelajahi pelosok negeri di Propinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka-Belitung. Pelosok karena lokasi yang kami datangi kebanyakan berada di luar kota, bahkan sampai masuk hutan. Maklum Cagar Budaya atau Diduga Cagar Budaya yang saya tuju sekarang berada di daerah yang jauh dari kota. Kegiatan yang memerlukan stamina dan mental yang kuat adalah dalam rangka pelestarian Cagar Budaya Bawah Air. Saya telah mengikuti pelatihan Arkeologi Bawah Air di dalam dan luar negeri, antara lain Makassar Sulsel, Pulau Bintan Kepri, Tulamben Bali, dan Karimunjawa Jateng serta Thailand dan Sri lanka.

Popular Posts

Recent Posts

Pages