• Arkeologi Bawah Air

    Negara Indonesia adalah negara yang besar dengan wilayah lautannya lebih luas daripada daratannya. Potensi lautannya menyimpan kekayaan peninggalan warisan bawah air yang sangat besar.

  • Arkeologi Islam

    Masjid Jamik telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.10/PW.007/MKP/2004 tanggal 3 Maret 2004 tentang Penetapan Benteng Marlborough

  • Benteng Marlborough

    Lokasi Benteng Marlborough berdiri kokoh di tepi laut di atas sebuah dataran dengan ketinggian lebih kurang 8,5 meter di atas permukaan laut (dpl).

  • PELESTARIAN BENDA CAGAR BUDAYA: DAHULU DAN SEKARANG

    PendahuluanBangsa Indonesia yang memproklamirkan kemerdekaannya pada Tanggal 17 Agustus 1945 mempunyai latar sejarah yang sangat panjang, dimulai dari masa Prasejarah sampai dengan masa kolonial.

POTENSI WISATA PULAU BERHALA



Pendahuluan
Pulau Berhala yang berjarak 12 mil laut dari Provinsi Jambi menyimpan  peninggalan purbakala berupa Makam Datuk Paduko Berhalo dan peninggalan tantara Jepang di Masa Perang Dunia II.
Datuk Paduko Berhalo adalah gelar yang diberikan kepada orang Turki yang bernama Ahmad Barus II. Ahmad Barus II dipercaya bermukim dan dimakamkan di Pulau Berhala. Beliau mendapatkan putri setempat yang bernama Putri Selaras Pinang Masak yang tinggal di Ujung Jabung menjadi istrinya. Selanjutnya dari pernikahan mereka lahirlah Orang Kayo Hitam yang menurunkan sultan-sultan di Jambi. Para keturunan Orang Kayo Hitam ini tidak menetap di Pulau Berhala melainkan memasuki pedalaman Jambi melalui Sungai Batanghari. Istana mereka yang berada di Tanah Pilih (Kota Jambi) masih berdiri sampai Belanda mengbumi hanguskannya pada masa Sultan Thaha Syaifuddin. 
Peninggalan Tentara Jepang berupa sepucuk meriam terletak di atas bukit dengan posisi tergeletak di atas tanah dikarenakan adanya  pencurian di bagian landasan meriam yang berfungsi untuk memutar meriam ke berbagai arah. Selain itu bagian badannya juga telah di gergaji namun tidak berhasil dan hanya meninggalkan bekas gergajiannya. Meriam tersebut merupakan alat pertahanan tantara Jepang yang mengawasi kapal-kapa yang melintasi Selat Berhala. Meriam berukuran panjang 5 meter dengan luas penampang pada bagian bawahnya 30 cm sedangkan bagian ujungnya 17 cm. Selain itu juga terdapat bekas tungku untuk memasak yang terletak disisi timur Pulau Berhala.
Pulau Berhala bagaikan mutiara yang terpendam di Pantai Timur Sumatera. Potensi alamnya menunggu sentuhan untuk dikembangkan menjadi objek wisata yang menarik. Lingkungan Pulau Berhala dan pulau-pulau kecil disekitarnya menyimpan potensi yang dapat dikembangkan menjadi obyek wisata bahari, wisata ziarah, dan wisata budaya. Pengembangan wisata di Pulau Berhala hendaknya dilakukan  dengan tidak melupakan kelestariannya, baik kelestarian alam, laut, maupun budayanya. Oleh karena itu langkah awal yang perlu dilakukan dalam pengembangan Pulau Berhala menjadi obyek wisata adalah menyusun perencanaan yang benar-benar akurat. 

Lokasi Pulau Berhala
Pulau Berhala secara geografis terletak pada koordinat 0O50’15” Lintang Selatan dan 104O24’59” Bujur Timur. Lokasinya yang dekat dengan garis khatulistiwa menyebabkan beriklim tropis dengan curah hujan sedang.  Pada masa lalu pulau ini dikalangan para pelaut  dikenal sebagai Pulau Dakjal, Pulau Bratail, Pulau Bertayil atau Pulau Afgorl (Belanda), Pulau Birella (Tome Pires), Pulau Verrela (Portugis). Bahkan ada yang menyebut sebagai Pulau Hantu. 
Pulau Berhala dapat ditempuh langsung selama lebih kurang 11 sampai 12 jam menggunakan kapal motor yang berangkat dari Pelabuhan Angsoduo Kota Jambi. Perjalanannya memang cukup lama, tetapi kita tidak perlu susah-susah untuk berpindah kapal atau perahu. Sedangkan dengan menggunakan speedboat dapat ditempuh lebih kurang 4 jam. Alternatif lainnya adalah melalui jalan darat dari Kota Jambi ke Suakkandis dengan waktu tempuh sekitar 1-1,5 jam kemudian dilanjutkan dengan speedboat ke Nipahpanjang selama 1 jam. Selanjutnya dari Nipahpanjang menyewa kapal motor langsung ke muara atau melalui Desa Sungai Itik dengan lama perjalanan sekitar 1,5 jam.  Kedua jalur tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Apabila daerah muara dalam kondisi surut, maka kapal akan melalui Desa Sungai Itik untuk dapat menuju laut. Pada saat keluar dari muara, Pulau Berhala sudah tampak dalam pandangan mata.
Pulau  Berhala merupakan gugusan pulau yang terhampar di sebelah Timur Pulau Sumatera. Pulau pulau tersebut seakan-akan mengawal Pulau Berhala dari arah Selatan dan Timur. Pulau-pulau itu adalah Pulau Laya, Pulau Mercusuar, Pulau Penyu, dan Pulau Telor. Selain itu terdapat rangkaian gugusan batu-batu, diantaranya dua buah terletak di dekat Pulau Laya, satu buah di dekat Pulau Mercusuar, dan  satu buah lainnya terletak di dekat Pulau Telor. Pulau Berhala dan sekitarnya dikelilingi oleh laut yang berwarna hijau. Hal ini cukup mengherankan karena umumnya laut akan berwarna biru. Warna hijau ini jelas terlihat pada saat kita melakukan dokumentasi di dalam air. Dengan demikian berdasarkan warnanya tersebut maka cocok disebut Green Sea.
Pulau berhala merupakan pulau yang terbesar dan terluas. Pulau ini berbentuk bukit dengan ketinggian 200 meter. Pohon-pohon yang tumbuh dengan lebatnya memberikan nuansa hijau di sekeliling pulau. Pantainya berpasir putih dengan batu-batu besar dan kecil di sekitarnya. Pasir putih ini berasal dari pecahan batuan kuarsa dan bukan dari pecahan terumbu karang.  Di lokasi pantai sebelah selatan terdapat homestay (rumah tinggal) yang dibangun oleh Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Propinsi Jambi. Terdapat dua dermaga, dermaga sebelah timur dibangun oleh Pemerintah Propinsi Riau dan dalam keadaan rusak. Sedang dermaga yang disebelah Barat   dibangun    oleh Pemerintah Propinsi Jambi dan dalam keadaan terpelihara baik.  Pantai di sisi utara dan barat kosong tidak berpenghuni. Hal ini mungkin dapat dikaitkan dengan lokasi kedua tempat tersebut yang langsung menghadap ke laut lepas atau  tidak ada pulau di depannya sehingga tidak ada penghalang dari terjangan angin dan ombak besar.
Pulau Laya berada tepat di depan/selatan Pulau Berhala. Antara Pulau Berhala dan Pulau Laya dibatasi oleh laut yang cukup dalam dengan arus air lautnya yang cukup kuat. Pulau Laya merupakan pulau yang hijau oleh pepohonan di bagian atasnya, sedangkan bagian pantainya berupa pasir putih dan  berbatu. Pulau ini kosong tidak berpenghuni.
Pulau Mercusuar merupakan pulau yang berbatu berukuran besar. Letaknya di sebelah barat daya Pulau Laya atau disebelah barat daya Pulau Berhala. Pada bagian atasnya tumbuh sejumlah pohon kelapa. Di pulau ini terdapat menara mercusuar dengan konstruksi besi dan rumah jaga. Mercusuar ini berfungsi sebagai pemandu lalulintas kapal yang melintasi Pulau Berhala, karena memang cukup ramai dilewati kapal-kapal yang menuju Selat Malaka.
Pulau Telor disebut juga dengan Pulau Penyu atau Pulau Sisik. Letaknya  di sebelah Timur laut Pulau Berhala. Lokasi pulau tidak sedekat antara Pulau Berhala dan Pulau Laya.  Pulau ini merupakan tempat bertelurnya Penyu Sisik dan Penyu Hijau.  Pada waktu-waktu tertentu penyu ini dapat terlihat di pasir putih. Pemandangan pantai yang terletak di sisi barat cukup indah karena di kelilingi oleh batuan sehingga berbentuk seperti laguna.
Pulau Berhala merupakan pulau yang paling besar diantara pulau pulau yang ada disekitarnya dan satu satunya pulau yang berpenghuni. Pulau Berhala ini dihuni oleh 39 KK yang menempati sisi selatan dan timur. Penduduk sisi selatan antara lain menempati homestay (rumah tinggal) yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sedangkan penduduk di sisi timur menempati perkampungan nelayan.  Jumlah homestay sebanyak 13 buah dengan rincian 8 buah telah dihuni dan 5 buah dikosong yang berfungsi sebagai tempat menginap   pejabat/tamu   pada   saat berkunjung ke Pulau   Berhala. Bangunan  lainnya adalah satu buah pendopo dan tiga buah pondok. Pendopo berupa bangunan dengan tiga sisinya tidak berdinding berkapasitas sekitar 100 orang. Pondok-pondok di buat terpisah bahkan salah satunya berada di atas bukit batu sebelah barat pulau.  
Pemandangan  dari  pondok pondok  ini  cukup indah dengan pemandangan ke laut lepas. Hilir mudiknya kapal yang melintasi Pulau Berhala menuju Selat Malaka terlihat dari sini. Apalagi pemandangan saat sunrise dan sunset yang tampak secara utuh memberikan pemandangan cakrawala kemerahan yang indah. Jalan setapak yang menghubungkan dermaga, homestay, dan pondok pandang telah terhubung dengan jalan setapak dari konblok. Penerangannya menggunakan diesel yang berfungsi juga untuk menyedot air tawar yang berada di atas bukit. Sumur-sumur milik masyarakat sekalipun jaraknya tidak jauh dari pantai, tetapi airnya tawar. Di pulau ini juga terdapat dua buah warung untuk melayani kebutuhan makan dan minum, Kantor Pengawas, Babinsa, dan Sekolah Dasar.

Potensi Bawah Air
Pulau Berhala mempunyai pantai berpasir putih. Berdasarkan analisa  butiran pasir putih tersebut maka dapat dijelaskan bahwa pasir tersebut bukan disebabkan oleh jenis Ikan Kakaktua yang  biasa menghasilkan pasir melalui kotorannya. Ikan Kakaktua ini ditemukan sedikit di laut sekitar Pulau Berhala. Sedangkan ikan lain yang biasa membuat banyak pasir, yaitu bumper headfiru fish tidak ditemukan.  Satu hal lagi bahwa terumbu karang yang menjadi makanan mereka juga tidak banyak tumbuh di sekitar pulau yang disebabkan karena kondisi laut yang keruh sehingga kekurangan sinar. Tanda-tanda lainnya adalah di daerah pasang surut terlihat  gersang karena tidak adanya rumput laut yang menunjukkan kurangnya mineral. Pada daerah tersebut juga dijumpai tanaman yang tertutup oleh lumpur yang menyebabkan tanaman tidak sehat. Tanaman yang sehat akan berwarna coklat cerah.  Dengan demikian, pasir  putih yang terdapat di Pulau Berhala berasal dari pecahan batu-batu yang berubah menjadi pasir akibat hantaman ombak dalam kurun waktu yang cukup lama. Butiran-butiran pasirannya berjenis kuarsa, sejenis dengan batuan yang terdapat di Pulau Berhala dan pulau-pulau disekitarnya. Hal tersebut menjadi indikator tidak akan dijumpainya terumbu karang yang baik sebagai tempat menetap berbagai jenis ikan.
Penyelaman yang dilakukan di perairan Pulau Berhala menunjukkan kekeruhan air yang tinggi sehingga jarak pandang sangat dekat. Pada empat titik penyelaman tidak banyak terumbu karang atau ikan yang dapat dilihat, sedangkan satu lokasi lagi merupakan tempat yang cukup menarik bagi penggemar diving. Di lokasi tersebut tumbuh dengan banyaknya akar bahar (gorgonean) sehingga layak disebut Gorgonean Garden. Ikan-ikan pun banyak terlihat. Berikut uraian hasil penyelaman yang telah dilakukan di Pulau berhala dan sekitarnya.

1. Sebelah Utara Pulau Telor
Lokasi ini dipilih karena tampak adanya permukaan yang agak cerah di sebelah Utara Pulau Telor. Penyelaman dilakukan tidak jauh dari pantai. Gelombang laut cukup kuat mengguncang kapal. Penyelaman dilakukan oleh 4 orang sampai kedalaman 18 meter selama 10 menit. Jarak pandang tidak lebih dari 1 meter. Kehidupan laut yang menjadi tujuan penyelaman tidak terdapat terlihat sama sekali. Kondisi permukaan menunjukkan adanya kelebihan plankton yang menandakan daerah berair keruh. Airnya berwarna kehijau-hijauan dan bukan biru yang menandakan permukaan air yang bening. Air yang berwarna biru menjadi indikator bawah air yang kaya dengan karang dan ikan. 

2. Sebelah Barat Pulau berhala.
Kapal diarahkan untuk mendekat ke pantai sampai dasar laut terlihat dan kemudian berhenti. Penyelaman dilakukan oleh 2 orang dengan kedalaman 8 meter dengan jarak pandang sekitar 2 meter. Pada bagian dasar laut komposisinya lumpur berpasir. Lumpur berpasir ini sangat besar menimbulkan keruhnya air. Di lokasi ini terlihat berbagai jenis akar bahar (gorgonean), hard koral, soft koral, dan sponge. Jenis hard koral antara lain muntifora, aksofora, dan jamur. Jenis ikan yang dijumpai adalah marine fish, ikan pari (bluespotted stingray),  butterfly fish,  kwawa (bhs. Bali), yaitu sejenis tumbuhan laut berwarna putih memanjang yang oleh masyarakat Bali dipercaya dapat menghindarkan black magic. Selama 30 menit penyelaman dilakukan tidak ada arus. Pada kedalaman lebih dari 8 meter hanya terdapat lumpur berpasir.

3. Sebelah utara Pulau Laya
Penyelaman dilakukan  sampai kedalaman 28 meter selama 27 menit.  Pada kedalaman tersebut belum mencapai dasar. Tempat penyelaman berupa drop zone atau tebing dengan kemiringan sekitar 30 derajat. Jarak pandang kurang bagus hanya berjarak 3 meter karena kondisi air yang keruh. Dijumpai ikan berjenis  marine life fish, sedangkan jenis koralnya adalah hard koral, soft koral, gorgonean.

4. Sebelah timur Batu Empat Lima
Lokasi ini merupakan lokasi yang paling bagus dibanding dengan lokasi-lokasi lainnya dan dapat direkomendasikan untuk penyelam tingkat pemula  maupun yang berpengalaman.  Di lokasi ditemukan berbagai jenis akar bahar yang tumbuh sampai ketinggian 2 – 3 meter sehingga layak disebut kebun akar bahar (Gorgonean Garden). Akar bahar beraneka ragam berukuran besar dan kecil dengan warna yang beragam antara lain putih, merah, hitam, hijau, oranye, coklat, dan abu-abu di daerah yang cukup luas. Temuan lainnya sama dengan ditempat lain seperti hard koral dan soft koral.  Daerahnya di kedalaman 5 sd. 14 meter. Tumbuhan tersebut semakin dalam semakin  lebat. Pada sebelah selatan terdapat drop of. Waktu penyelaman 30 menit dengan jarak pandang 10 meter. Ikan yang terlihat adalah angel fish, ikan kembung, giant grouper, butterfly fish, stingray, dan clone fish. Komposisi dasarnya lebih banyak pasir daripada lumpur. Hal tersebut yang menyebabkan airnya lebih bening.

5. Sebelah Selatan Batu Layar
Penyelaman di kedalaman 8 meter selama 20 menit. Direkomendasikan untuk penyelaman pemula dan cocok untuk snorkling. Ikan terlihat pada kedalaman 5 sd. 8 meter. Terumbu karangnya sama dengan di lokasi lainnya.

Arahan Pengembangan 
Pulau Berhala secara tampakan fisik mempunyai daya tarik yang cukup tinggi untuk dikembangkan di sektor pariwisata dan kegiatan lainnya yang bersifat kelautan sesuai dengan kriteria pulau-pulau kecil. Lingkungan Pulau Berhala dengan karakteristik pesisir memiliki kondisi fisik pantai berpasir dan berbatu, iklim laut, pasang surut, ombak dan arus, kondisi batimetri, terumbu karang, (intertidal coral reef dan karang tengah), yang merupakan vegetasi khas pulau kecil. Kondisi fisik yang demikian merupakan potensi yang dapat dikembangkan agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah disamping yang terpenting adalah menjaga kelestariannya.
Pengembangan Pulau Berhala sebagai tempat wisata menjadi penting namun di dalam pengembangannya perlu dilakukan secara cermat dan penuh perhitungan karena pulau kecil mempunyai kerentanan yang tinggi dan kendala-kendala yang harus diperhatikan antara lain relatif jauh dari pulau induknya, sehingga penyediaan sarana dan prasarana menjadi mahal, adanya keterbatasan air tawar, serta rentan terhadap perubahan lingkungan.
Pengembangan Pulau berhala sangat ditentukan oleh berbagai aspek dari potensi yang dimilikinya. Pulau Berhala yang merupakan pulau yang paling besar diantara pulau-pulau lainnya dikembangkan untuk wisata dengan fasilitas-fasilitas pendukungnya, sedangkan pulau-pulau lain agar tetap dipertahankan sebagai pulau yang tidak berpenghuni. Pembangunan yang dilakukan di Pulau Telor dan Laya hanya  berupa pondok istirahat dan dermaga saja. Pondok-pondok digunakan untuk santai dan beristirahat bagi pengunjung yang datang ke pulau. Dermaga digunakan untuk merapatkan perahu atau beraktivitas di atasnya misalnya memancing.
Pulau Telor atau Pulau Penyu perlu segera dijadikan daerah konservasi mengingat adanya genangan air semacam laguna yang diperkirakan memiliki arti penting bagi kehidupan beberapa spesies tertentu. Pulau Telor mempunyai keistimewaan, yaitu menjadi tempat bertelurnya penyu, sedang pantai di pulau lainnya  hanya sekali-kali saja digunakan penyu untuk meyimpan telurnya. Telur penyu tersebut umumnya diambil oleh masyarakat baik untuk dimanfaatkan sendiri maupun diperdagangkan. Kelestarian penyu ini penting guna untuk menjaga ekosistem sekaligus menambah daya tarik wisata. Dengan pengelolaan yang  benar kelestarian penyu dapat terjaga dan pelepasan tukik tukik (anak penyu) ke laut merupakan atraksi yang cukup langka dan dapat dijadikan obyek wisata yang menarik. Kegiatan wisata di atas sering dilakukan di Bali dan daerah-daerah lainnya.
Zona laut dalam radius sekitar 200 meter dari bibir pantai juga perlu ditetapkan sebagai wilayah konservasi terbatas, karena pada zona tersebut terdapat terumbu karang yang masih dalam kondisi baik. Sementara di bagian lebih dangkal hampir seluruh terumbu karang telah mati.  Kegiatan-kegiatan yang merusak wilayah perairan Pulau Berhala hendaknya segera dihentikan.  Kerusakan terumbu karang menyebabkan wisata diving (penyelaman) dan snorkling  akan menjadi tidak menarik. Tumbuhan dan ikan sedikit dengan  kondisi air keruh sehingga jarak pandang sangat dekat. Sementara ini baru terdapat satu lokasi yang cukup menarik untuk dilakukan kegiatan di atas, yaitu di sebelah timur batu empat lima. Di lokasi tersebut dijumpai  banyak tumbuhan akar bahar (gorgonean) yang berukuran besar dan tinggi seta berwarna warni, sehingga menjadi tempat tinggal berbagai jenis ikan.  Kedalamannya antara 8 sampai dengan 15 meter. Lokasi itu layak disebut sebagai Gorgonean Garden (kebun akar bahar).
Jenis wisata yang dikembangkan di Pulau Berhala adalah wisata bahari, yang merupakan perpaduan antara wisata pantai, laut, dan  bawah laut. Wisata bahari dibedakan menjadi kegiatan bahari di pesisir pantai, di atas air, dan di bawah air. Kegiatan bahari di pesisir pantai berupa rekreasi air/leisure, camping, tracking, hiking, dan swimming. Kegiatan bahari di atas air berupa jetski, fishing, boating, dan sailing. Sedangkan kgiatan bahari di bawah air berupa diving dan snorkling.
Keberadaan makam Paduka Datok Berhalo mempunyai arti penting bagi masyarakat Jambi, sehingga dapat juga dikembangkan wisata ziarah sebagaimana yang sudah lebih dahulu dikembangkan ditempat lain. Di Jawa, makam Para Wali merupakan tempat wisata ziarah yang cukup banyak pengunjungnya sehingga menjadi aset pemasukan PAD. Demikian pula adanya benda cagar budaya peninggalan Jepang semasa Perang Dunia ke II, jika telah tertata dengan baik merupakan obyek pendukung wisata di Pulau Berhala. Obyek-obyek tersebut dapat dikunjungi sambil melakukan hiking dengan menikmati pemandangan yang indah.












































-->
Share:

PULAU BERHALA DAN TINGGALAN SEJARAHNYA



Pendahuluan
Di Pulau Berhala terdapat peninggalan arkeologis yang berupa makam Datuk Paduko Berhala dan peninggalan tentara Jepang. Datuk Paduko Berhalo adalah gelar yang diberikan kepada orang Turki yang bernama Ahmad Barus II. Ahmad Barus II dipercaya bermukim dan dimakamkan di Pulau Berhala. Beliau menikahi seorang wanita  bernama Putri Selaras Pinang Masak yang tinggal di Ujung Jabung menjadi istrinya. Selanjutnya dari pernikahan mereka lahirlah Orang Kayo Hitam yang menurunkan sultan-sultan di Jambi. Para keturunan Orang Kayo Hitam ini tidak menetap di Pulau Berhala melainkan memasuki pedalaman Jambi melalui Sungai Batanghari. Istana mereka yang berada di Tanah Pilih (Kota Jambi) masih berdiri sampai Belanda membumihanguskannya di masa Sultan Thaha Syaifuddin. 
Peninggalan Jepang yang telah ditemukan berupa sepucuk meriam, gua, tungku, dan keramik. Meriam letaknya di atas bukit. Di lokasi itu dapat terlihat pemandangan laut lepas. Kondisi meriam tergeletak di atas tanah dikarenakan adanya  pencurian di  bagian landasan meriam yang berfungsi untuk memutar meriam ke berbagai arah. Selain itu pada bagian badannya juga telah di gergaji namun tidak berhasil dan hanya meninggalkan bekas gergajiannya. Ukuran meriam mempunyai panjang 5 meter,  luas penampang pada bagian bawahnya 30 cm, dan bagian ujungnya 17 cm. Tentara Jepang yang bertugas di Pulau Berhala tidak diketahui jumlahnya.  Kegiatan memasak mereka menggunakan tungku. Tungku memiliki tiga lubang sebagai tempat keluar dan menghidupkan apinya. Bahannya terbuat dari batako dan semen membentuk huruf T.
Kondisi peninggalan akeologis di Pulau Berhala sangat memprihatinkan. Padahal merupakan bukti penting di dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Bukti kemenangan dan kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II di Indonesia. Peristiwa itu dapat dijadikan pelajaran bagi generasi yang akan datang. Agar suasana kejadian itu tetap diingat, maka perlu diupayakan pelestariannya. Upaya pelestarian itu juga diharapkan nantinya akan bermanfaat untuk menambah khasanah wisata di  Pulau Berhala. 
                
Letak dan Lingkungan
Pulau Berhala terletak di sebelah timur Propinsi Jambi dibatasi oleh Selat Berhala. Secara geografis berada pada koordinat 0O50’15” Lintang Selatan dan 104O24’59” Bujur Timur. Lokasinya yang dekat dengan garis khatulistiwa menyebabkan beriklim tropis dengan curah hujan sedang.  Pada masa lalu pulau ini dikalangan para pelaut Arab dikenal sebagai Pulau Dakjal, Pulau Bratail, Pulau Bertayil atau Pulau Afgorl (Belanda), Pulau Birella (Tome Pires), Pulau Verrela (Portugis). Bahakan ada yang menyebut sebagai Pulau Hantu. 
Pulau Berhala dapat ditempuh selama 12 jam menggunakan kapal motor yang berangkat dari Pelabuhan Angsoduo Kota Jambi. Perjalanannya memang cukup lama, tetapi kita tidak perlu susah-susah untuk berpindah kapal atau perahu. Alternatif lainnya adalah melalui jalan darat ke Suakkandis dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam kemudian dilanjutkan dengan speedboat ke Nipahpanjang selama 1 jam. Selanjutnya dari Nipahpanjang menyewa kapal motor langsung ke muara atau melalui Desa Sungai Itik dengan lama  perjalanan sekitar 1,5 jam.  Kedua jalur tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Apabila daerah muara dalam kondisi surut, maka kapal akan melalui Desa Sungai Itik untuk dapat menuju laut. Pulau Berhala akan mulai tampak dari muara di Desa Sungai Itik.
Pulau  Berhala merupakan gugusan pulau yang terhampar di sebelah Timur Pulau Sumatera. Di sekitar Pulau Berhala terdapat tiga pulau dan empat buah rangkaian batu-batu yang bagaikan muncul dari dalam laut. Ketiga pulau dan batu-batu itu seakan-akan mengawal Pulau Berhala dari arah Selatan dan Timur. Pulau-pulau itu adalah Pulau Layak, Pulau Mercusuar, dan Pulau Telor. Rangkaian batu-batu diantaranya dua buah terletak di dekat Pulau Laya, satu buah di dekat Pulau Mercusuar, dan  satu buah lainnya terletak di dekat Pulau Telor. Pulau Berhala dan sekitarnya dikelilingi oleh laut yang berwarna hijau. Hal ini cukup mengherankan karena umumnya laut akan berwarna biru.

Kepurbakalaan
Pulau Berhala yang berjarak 12 mil laut akan nampak pada saat kita keluar dari muara di Desa Sungai Itik, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Propinsi Jambi. Letaknya strategis karena merupakan lintasan kapal untuk  keluar masuk dari dan ke Jambi atau dari Laut Jawa ke Selat Malaka.  Keberadaan kepurbakalaan di Pulau Berhala yang berupa makam Datuk Paduko Berhala dan Peninggalan Jepang  di Masa Perang Dunia II terkait  dengan hal tersebut. Datuk Paduka Berhala dalam perjalanannya dari Turki melalui lautan tiba di Pulau Berhala. Bertemu dengan putri setempat dan mempunyai keturunan yang menjadi sultan-sultan di Jambi. Tentara Jepang ditempatkan di Pulau Berhala dalam rangka mengawasi  kapal musuh yang menuju Jambi atau daerah lain di sebelah Selatan, antara lain Sumatera bagian Selatan dan Pulau Jawa. Mereka diperkuat oleh meriam besar yang ditempatkan di puncak bukit.  Hasil pengumpulan data terhadap kepurbakalaan di Pulau Berhala sebagai berikut

1.   Makam Datuk Paduka Berhala
Makam Datuk Paduka Berhala terletak di lereng bukit yang berada di sebelah Selatan Bukit Meriam. Lokasi bukit ini terletak di sisi Timur Pulau Berhala atau sekarang dibelakang perumahan yang dibangun oleh Pemda Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Bukit tersebut tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan Bukit Meriam. Untuk menuju makam harus melalui anak tangga yang berjumlah 70 buah. Daerah sekitar makam banyak tumbuh pohon kelapa. Pada sisi Selatan dibatasi oleh batu besar yang berjarak 4,5 meter, sisi Barat dibatasi oleh tanah tinggi, sisi Utara dibatasi oleh jurang, dan sisi Timur dibatasi oleh lereng.
Makam Datuk Paduka Berhala berada di dalam bangunan pelindung berukuran 4,7 x 6,02 meter. bangunan terbuat dari kayu  dan atap dari seng dengan tiang-tiang berjumlah   buah.  Permukaan tanahnya  rata karena dibuat talud di sisi Timur. Lantainya diberi keramik berwarna hijau berukuran 20 x 20 cm. Keramik tersebut juga dipakai sebagai jirat makam yang berukuran 1,24 x 3,10 meter. Di bagian tengah makam terdapat tiga buah batu yang diperkirakan lama. Sedangkan nisan makam tampak baru.  Makam terletak di lereng bukit yang berada di sebelah Selatan Bukit Meriam. Lokasi bukit ini terletak di sisi Timur Pulau Berhala atau sekarang dibelakang perumahan yang dibangun oleh Pemda Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Bukit tersebut tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan Bukit Meriam. Untuk menuju makam harus melalui anak tangga yang berjumlah 70 buah Daerah sekitar makam banyak tumbuh pohon kelapa. Pada sisi Selatan dibatasi oleh batu besar yang berjarak 4,5meter, sisi Barat dibatasi oleh tanah tinggi, sisi Utara dibatasi oleh jurang, dan sisi Timur dibatasi oleh lereng.

2. Peninggalan Jepang
Tentara Jepang ditempatkan di Pulau Berhala dikarenakan lokasinya yang strategis. Dari Pulau Berhala ini dapat terlihat pergerakan kapal perang dari dan menuju Pulau Jawa atau Sumatera Bagian Selatan.  Mereka diperkuat oleh meriam besar yang ditempatkan di puncak bukit. Peninggalan Tentara Jepang terdapat di tepi pantai dan atas bukit Meriam. Temuan yang terdapat di tepi pantai adalah tungku masak dan bunker tanah. Sedangkan temuan yang di atas bukit meriam adalah meriam besar, bunker, tanah lapang, dan meriam katak.

Tungku Masak
Temuan terletak di sisi Timur Laut Pulau Berhala. Tempat ini tepat dipinggir jalan setapak yang menghubungkan makam Datuk Paduka Berhala dengan perkampungan nelayan. Jaraknya dari tepi pantai hanya berjarak 16 meter. Tungku masak ini berupa bangunan yang berbentuk huruf T berukuran panjang 2,7 meter, lebar   1,24 meter   dan   tinggi 77 cm.    Tungku
mempunyai tiga lubang di bagian  samping dan atas. Lubang dibagian samping berfungsi untuk memasukkan kayu yang akan dibakar,   sedangkan   bagian atas    untuk keluarnya api.     Ukuran
lubang tidak sama atau semakin mengecil. Diameter lubang adalah 75 cm, 36 cm, dan 30 cm.   Di lokasi  dijumpai  pula tungku yang lebih kecil dengan dua lubang berukuran diameter 35 cm dan 25 cm. Namun kondisinya telah rusak dibagian atas. Temuan lainnya adalah lantai di sekitar tungku dan lantai tempat mencuci yang dilengkapi dengan saluran air (got) yang menuju ke pantai. Lantai untuk mencuci berukuran 180 cm x 180 cm. Di tempat ini juga terdapat sumur tua.  

Bunker Tanah
Bunker terletak tidak jauh dari tungku. Lokasinya di sebelah kiri dari jalan setapak yang mendaki menuju perkampungan nelayan. Temuan berupa bunker yang berupa lubang tanah yang dikerjakan dengan menggali tanah berbentuk bujur sangkar berukuran 5 x 5 meter dengan kedalaman 1,5 meter. Pada salah satu sisi bunker terdapat parit yang merupakan jalan masuk ke dalam bunker. Parit digunakan untuk melindungi dari tembakan musuh. Temuan lain adalah tanah tinggi yang berfungsi untuk membentengi bunker. Benteng tanah berbentuk huruf L. Selain itu terdapat tembok yang pada bagian atasnya membentuk huruf U mengarah tungku atau pantai. Tembok berukuran panjang 140 cm, lebar 110 cm, dan tinggi 140 cm.

Meriam Besar
Lokasi meriam terletak di atas Bukit Meriam dengan kondisi tergeletak di atas tanah. Saksi mata yang bernama Bapak Hasan mengatakan pada saat kecil bermain-main dengan meriam itu. Beliau duduk di pangkal meriam yang dilengkapi dengan tempat duduk yang diberi sabuk dan memutar meriam ke segala arah karena mempunyai bantalan besi (rel) dibagian bawah yang berbentuk lingkaran. Meriam  ini  hancur fondasinya dikarenakan dibom oleh orang yang bermaksud mengambilnya. Digambarkan bom yang disebut bom “singapur” karena berasal dari Singapura meledak dengan suara yang amat dahsyat sehingga menggetarkan rumah-rumah penduduk.
Meriam berukuran panjang 5 meter dengan luas penampang pada bagian bawahnya 30 cm sedangkan bagian ujungnya 17 cm. Pada bagian badan meriam terdapat tanda bekas gergajian yang menandakan adanya usaha untuk membelah bagian laras. Meriam ini ditempatkan dilubang yang berbentuk lingkaran dengan diameter 750 cm. Pada sisi sebelah Utara terdapat   parit    yang    menuju   ke lereng bukit sebelah Utara. Di lereng tersebut terdapat tanah datar  yang berukuran panjang 22,70 meter dan lebar 10 meter.  Di sebelah barat tanah datar terdapat bunker berukuran pankang 3,7 meter, lebar 3,7 meter, dan kedalaman 1 meter. Bunker ini terhubung dengan bunker lain yang berada disebelah Selatan melalui parit. Bunker berukuran panjang 5 meter, lebar 3,5 meter, dan kedalaman 1 meter.  Tampaknya meriam besar tersebut dilindungi oleh pasukan yang berdiam di bunker-bunker.

Bunker Beton
Bunker yang terbuat dari beton terletak di sebelah barat dari meriam. Lubang bunker bentuk persegi enam yang sisinya  berukuran 100 cm. Pada bagian atas lubang terdapat tiang-tiang  yang telah runtuh  berjumlah 4 buah. Tiang berukuran panjang 53 cm, lebar 50 cm, dan  tinggi 65 cm. Pada tengah lubang terdapat runtuhan atap beton yang berbentuk persegi enam. Pada sisi Utara bunker itu terdapat parit yang menuju tanah datar di sebelah Utara. Parit ini tidak dapat dilewati oleh manusia karena sangat sempit. Diperkirkan berfungsi untuk mengalirkan air yang masuk ke dalam bunker. 

Meriam Katak
Meriam ini terguling di lereng bukit berjarak 10 meter dari tempat semulanya di tanah datar yang berukuran  panjang 3,7 meter dan lebar 3,7 meter. Tanah datar ini merupakan teras kedua atau yang paling bawah. Bentuk meriam ini sangat unik karena larasnya dibagian atas terbuka. Meriam berukuran panjang 204 cm dan lebar 30 cm.  Meriam ini oleh penduduk diberi nama meriam katak karena sering lokasinya sulit ditemukan atau seperti katak yang meloncat-loncat ke sana kemari.

Penutup
Pulau Berhala bagaikan mutiara yang terpendam di Pantai Timur Sumatera. Potensi alamnya menunggu sentuhan untuk dikembangkan menjadi objek wisata yang menarik. Lokasinya yang dekat dengan Provinsi Jambi sangat menguntungkan bagi daerah Jambi. Apapun hasil dari penentuan status pulau tersebut sebagai milik Jambi atau Riau. Para pengunjung dari luar Jambi yang pergi dan pulang ke Pulau Berhala akan lebih dekat dan nyaman dari Jambi. Contoh dalam hal ini adalah mengenai objek wisata Candi Borobudur yang terletak di Propisi Jawa Tengah. Wisatawan yang akan berkunjung ke candi tersebut umumnya pergi dan pulang dari Propinsi Di Yogyakarta. Begitu pula yang terjadi di Kabupaten Kerinci yang dikunjungi wisatawan dari Propinsi Sumatera Barat. Pengembangan wisata di Pulau Berhala hendaknya segera dilakukan denga tidak melupakan pelestariannya. Situasi dan kondisi Pulau Berhala dan sekitarnya sangat rawan dengan masalah-masalah lingkungan. Namun secara tampakan fisik mempunyai daya tarik yang cukup tinggi untuk sektor pariwisata.
Di Pulau Berhala selain terdapat pemandangan alam yang menarik berupa perbukitan dan pasir putih di tepi pantai, tetapi juga mempunyai potensi wisata sejarah. Di pulau terdapat makam Datuk Paduka Berhala dan peninggalan tentara Jepang di masa Perang Dunia II. Makam Datuk Paduka Berhala dapat dikembangkan menjadi wisata ziarah. Pada saat ini pun telah banyak masyarakat yang melakukan ziarah ke makam itu. Bahkan secara rutin pemerintah Propinsi Jambi melakukan haul. Wisata Lainnya adalah wisata sejarah dengan melihat peninggalan Jepang yang berupa tungku masak, bunker, dan meriam.

















-->
Share:

Profile

Foto saya
AGUS SUDARYADI, arkeolog yang bekerja di Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi Wilayah Kerja Prop. Jambi, Sumsel, Bengkulu, dan Kep. Bangka-Belitung yang sering melakukan Jelajah Situs dalam rangka Pelestarian Cagar Budaya. Menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Situs adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Pekerjaan tersebut memberikan saya kesempatan untuk menjelajahi pelosok negeri di Propinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka-Belitung. Pelosok karena lokasi yang kami datangi kebanyakan berada di luar kota, bahkan sampai masuk hutan. Maklum Cagar Budaya atau Diduga Cagar Budaya yang saya tuju sekarang berada di daerah yang jauh dari kota. Kegiatan yang memerlukan stamina dan mental yang kuat adalah dalam rangka pelestarian Cagar Budaya Bawah Air. Saya telah mengikuti pelatihan Arkeologi Bawah Air di dalam dan luar negeri, antara lain Makassar Sulsel, Pulau Bintan Kepri, Tulamben Bali, dan Karimunjawa Jateng serta Thailand dan Sri lanka.

Popular Posts

Recent Posts

Pages