Latar Belakang
Perang Dunia II di kawasan Pasifik dan Asia berawal dari serangan pasukan AL kekaisaran Jepang (Imperial Japanese Naval) ke Pangkalan AL Amerika di Pearl Harbor, Hawaii. Peristiwa yang terjadi pada tanggal 7 Desember 1942 kemudian menimbulkan perang antara Jepang dan sekutu yang tergabung dalam American-Britain-Ducth-Australian Command (ABDACOM). Pertempuran dahsyat terjadi di darat, laut dan udara. Perang berakhir setelah Jepang menyerah akibat dibom Atomnya Hiroshima dan Nagasaki.
Penyerangan bala tentara Jepang ke wilayah Indonesia mendapatkan perlawanan yang sengit dari sekutu. Invasi Jepang ke Indonesia melalui tiga jalur, yaitu Selat Karimata dari arah Barat, Selat Makassar dari arah Tengah, dan Perairan Maluku dari arah Timur. Peperangan yang melibatkan kapal-kapal laut terjadi antara lain di Selat Makassar, Selat Badung, Laut Jawa, dan Selat Sunda. Pada peristiwa tersebut pasukan Jepang berhasil mengalahkan pasukan sekutu. Beberapa kapal perang dari kedua belah pihak tenggelam.
Penyerangan bala tentara Jepang ke wilayah Indonesia mendapatkan perlawanan yang sengit dari sekutu. Invasi Jepang ke Indonesia melalui tiga jalur, yaitu Selat Karimata dari arah Barat, Selat Makassar dari arah Tengah, dan Perairan Maluku dari arah Timur. Peperangan yang melibatkan kapal-kapal laut terjadi antara lain di Selat Makassar, Selat Badung, Laut Jawa, dan Selat Sunda. Pada peristiwa tersebut pasukan Jepang berhasil mengalahkan pasukan sekutu. Beberapa kapal perang dari kedua belah pihak tenggelam.
Kapal-kapal Jepang yang menjadi korban keganasan perang kemudian terkubur di perairan Indonesia. Lokasinya tersebar di Perairan Barat dan Timur Indonesia. Batas antara keduanya sering disebut sebagai Garis Wallace sesuai dengan nama ekspedisi yang pernah dilakukan oleh Wallace. Lokasinya berada di Selat Makassar yang memisahkan Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi.Kapal-kapal Jepang yang tenggelam di perairan Indonesia dapat diketahui dari internet dan masyarakat nelayan yang tinggal di tepi pantai. Hal terakhir didapatkan penulis ketika berada di Desa Tanjung Labu, Pulau Lepar, Kabupaten Bangka Selatan. Propinsi Bangka-Belitung. Masyarakat disana menyebutkan adanya kapal Jepang di perairan antara Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengungkap keberadaan kapal-kapal Jepang yang tenggelam di perairan Barat Indonesia berdasarkan data-data yang diperoleh dari internet dengan harapan dapat diidentifikasi dan lebih lanjut dilakukan upaya pelestariannya.
Lokasi Kapal Jepang yang Tenggelam
Gelombang serangan pasukan Jepang pertama kali menyerang Tarakan. Tarakan penting bagi Jepang karena terdapat 700 sumur dan kilang minyak serta lapangan terbang. Setelah menguasai Tarakan, maka pasukan yang lebih besar berangkat dari Davao, Filipina. Armada kapal angkatan laut di bawah komando Wakil Laksamana Ibo Takahashi bertugas melakukan pendaratan pasukan di Manado, Kendari, Ambon, Makassar, Timor dan Bali. Konvoi mendapat pengawalan dari kapal-kapal di bawah komando Laksamana Muda Raizo Tanaka berkekuatan 12 kapal perusak, 2 kapal angkut pesawat, 5 kapal penjelajah, 4 kapal patrol, 5 kapal penyapu ranjau, dan 3 kapal pemburu kapal selam. Armada lainnya merupakan armada pasukan amfibi yang berangkat dari Teluk Cam Ranh, Indochina (Vietnam). Pasukan di bawah komando Wakil Laksamana Jisaburo Ozawa berkekuatan 22 kapal pengangkut, 7 kapal penjelajah, 11 kapal perusak, dan kapal induk Ryujo yang membawa divisi udara ke-3. Pasukan ini bertugas melakukan penyerangan ke Malaya, Singapura, Sumatera, dan Jawa bagian Barat. Kemenangan gemilang diraih pasukan kekaisaran Jepang dalam pertempuran di Manado, Balikpapan, Ambon, Selat Makassar, Palembang, Selat Badung, Laut Jawa, dan Selat Sunda. Namun pertempuran-pertempuran dalam rangka menguasai sumber alam di Indonesia itu mengakibatkan kerugian jiwa dan material seperti tewasnya para tentara, tertembaknya pesawat, dan tenggelamnya kapal.
Suatu hal yang meggembirakan sekali bahwa saya dapat menyaksikan secara langsung salah satu kapal Jepang yang tenggelam di Selat Makassar pada kedalaman 30 meter ketika sedang mengikuti pelatihan bawah air yang dilaksanakan oleh Direktorat Peninggalan Bawah Air, Depbudpar pada tahun 2006. Namun sangat disayangkan bahwa saat itu dijumpai adanya kegiatan pengrusakan dengan cara pengambilan besi kapal yang dilakukan oleh penyelam tradisional dengan menggunakan kompresor sebagai alat bantu pernafasan. Badan kapal telah banyak yang hilang dan meninggalkan bagian yang utuh dibagian depan saja karena disana masih terdapat tumpukan bom yang tersusun rapih.Mungkinkah itu adalah kapal perusak Natsushio yang tenggelam oleh torpedo kapal selam USS S-37 (SS-142) di koordinat 05o10’S, 119o24’E. Kalau bukan, kapal perang Jepang yang manakah itu. Pertanyaan tersebut yang harus dicarikan jawabannya.
Data-data yang diperoleh dari internet menunjukkan bahwa banyak sekali Kapal AL Jepang (Japanese Naval Vessel) maupun Kapal Niaga Jepang (Japanese Merchant Vessel) yang tenggelam di perairan Indonesia. Jumlahnya mencapai sekitar 175 kapal terdiri dari 44 kapal AL dan 131 kapal Niaga Jepang.Hasil pemilahan lokasi kapal tenggelam berdasarkan titik koordinat wilayah Perairan Barat Indonesia memperoleh jumlah 20 kapal AL dan 49 kapal Niaga. Sementara kapal tenggelam di Perairan Timur Indonesia berjumlah 24 Kapal AL dan 82 Kapal Niaga. Berdasarkan angka-angka itu, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah kapal Jepang yang tenggelam di Perairan Timur Indonesia lebih banyak dibandingkan Perairan Barat Indonesia.
Data kapal tenggelam yang termasuk Kapal AL Jepang berjumlah 44 buah terdiri dari 10 destroyer, 11 minesweeper, 2 frigate, 2 submarine, 1 torpedo boat, 2 tank landing ship, 2 minelayer, 1 seaplane tender, 8 special submarine chaser, 1 yacht, dan 3 cruiser. Kapal-kapal tersebut tenggelam sebagian besar disebabkan serangan dari submarine berjumlah 26 kapal, army craft berjumlah 7 kapal, mine berjumlah 3 kapal, aircraft berjumlah 2 buah, surface craft berjumlah 1 kapal, dan army mine berjumlah 1 kapal.Sementara itu data Kapal Niaga Jepang yang tenggelam di perairan Indonesia berjumlah 131 kapal terdiri dari 78 cargo, 21 passenger-cargo, 17 tanker, 6 converted tender, 3 converted net tender, 2 converted seaplane tender, 1 converted submarine tender, dan 1 transport. Pada umumnya tenggelam disebabkan oleh submarine berjumlah 81 kapal. Penyebab lainnya adalah army aircraft berjumlah 16 kapal, marine casualty berjumlah 6 kapal, aircraft berjumlah 6 kapal, surface craft berjumlah 5 kapal, navy land-based aircraft berjumlah 5 kapal, navy carrier-base aircraft, navy aircraft, dan army mine masing-masing berjumlah 1 kapal. Sedangkan tenggelamnya Inabasan Maru Sakura Maru, dan Horai Maru disebabkan oleh berbagai senjata yang berasal dari army aircraft, aircraft, dan surface craft.
Berikut ini uraian sebagian kapal-kapal Jepang yang tenggelam di Perairan Indonesia yang berhasil ditelusuri melalui internet.
1. Kapal Selam I-30
I-30 adalah kapal selam kelas B1 di AL Kekaisaran Jepang. I-30 diselesaikan di markas AL Kure. Kapal ini berpartisipasi dalam sebuah misi Yanagi yang bertujuan menghubungkan Jerman Nazi dan Jepang oleh kapal selam. Kapal selam I-30 merupakan kapal selam pertama Jepang yang mencapai Eropa dan markas kapal selam U-Boat Jerman di Lorient Prancis pada tahun 1942. I-30 membawa pulang beragam informasi dan teknologi seperti radar, meriam anti udara performa tinggi dan beragam cetak biru. Pada tanggal 13 Oktober 1942 ketika keluar dari dari pelabuhan Singapura menabrak sebuah ranjau yang disebar Inggris dan tenggelam. Komandan Endo dan 96 kru selamat sedangkan 13 lainnya hilang. Penyelam-penyelam dari unit perbaikan Angkatan Laut No. 101 berhasil meyelamatkan muatan berharganya antara lain senjata 20 mm dan cetak biru radar.
2. Kapal Angkut Pesawat Notoro
Notoro merupakan sebuah kapal angkut pesawat (aircraft carrier) yang mengangkut 12 pesawat. Kapal beratnya 14.050 ton, panjang 138,88 meter, lebar 17,68 meter, kecepatan maksimum 12 knot, dan muatan 155 kru. Mesin menggunakan mesin ekpansi tiga poros dan 4 panci. Persenjataan yang dimiliki 2 senapan 45/(4,7 inchi) dan 2 senapan AA 40/(2 inchi). Pada tanggal 5 Nopember 1944 tenggelam oleh pesawat Angkatan Darat Amerika di 01o18’N, 103o52’E
3. Kapal Perusak Shimotsuki
Shimotsuki berarti Nopember merupakan sebuah kapal perusak kelas Akizuki di AL kekaisaran Jepang. Kapal dibangun oleh galangan Nagasaki Mitsubishi pada tanggal 6 Juli 1942 dan diluncurkan pada tanggal 7 April 1943. Pada tanggal 31 maret 1944 bertugas di skuadron kapal perusak 11.Karakteristik kapal beratnya 2,743 ton dalam kondisi standard an 3,759 dalam muatan penuh, panjangnya 134,2 meter, balok 11,6 meter, rangka 4,15 meter, kecepatan 33 knot dan memuat 263 orang. Pada Maret 1944 persenjataan terdiri dari 8 senapan DP kaliber 65/(4 inchi), 25 senapan AA 25 mm, 4 tabung torpedo 24 inchi, 8 torpedo tipe 93, dan 56 bom laut tipe 95. Sedangkan Juli 1944 senapan AA 25 mm ditambah 10 buah sehingga menjadi 35 buah.
Pada tanggal 25 Nopember 1944 terkena torpedo yang diluncurkan oleh USS Cavalla (SS-244) dan tenggelam di 410 km sebelah Timur-Timur laut Singapura dengan korban jiwa yang banyak termasuk Letnan Komodor Kenji Hatano. Lokasi tenggelamnya kapal di koordinat 2o21’N, 107o20’E
4. Kapal Penjelajah Ashigara
Ashigara adalah sebuah kapal penjelajah berat kelas Myoko di AL Kekaisaran Jepang. Nama tersebut merupakan nama sebuah gunung diperbatasan Kanagawa dan Shizuoka yang juga disebut sebagai Gunung Kintoki. Kapal-kapal lainnya yang sekelas adalah Myoko, Nachi, dan Haguro. Kapal dikerjakan di galangan kapal Kawasaki di Kobe. Pembuatannya pada tahun 1924 dan diluncurkan tahun 1928. Klasifikasi kapal beratnya 13.500 ton, panjang, 203,76 meter, balok 19 meter, rangka 5,03 meter, kecepatan 35,5 knot dan muatan 920-970. Tumpangannya 1 buah pesawat terbang. Persenjataan terdiri dari 10 senapan 203 mm, 8 senapan 127 mm, 2 senapan mesin 13 mm, dan 12 tabung torpedo 610 mm.
Pada Pertempuran Laut Jawa termasuk yang mengakibatkan tenggelamnya kapal penjelajah HMS Exeter dan kapal perusak HMS Encounter. Pada Pertempuran Teluk Leyte tanggal 24 Oktober 1944 dibawah komando Kapten Hayao Miura tergabung dalam pasukan bersama kapal penjelajah Nachi dan 8 kapal perusak. Pada bulan Desember 1944 mendapatkan serangan udara sehingga mengalami kerusakan oleh sejumlah bom ketika mengambil bagian dalam serangan terhadap pendaratan tentara Amerika di Mindoro, Filipina.
Pada tanggal 8 Juni 1945 meninggalkan Batavia menuju Singapura membawa 1.600 tentara dengan dikawal kapal perusak Kamikaze. Di Selat Bangka kedua kapal mendapat serangan tiga kapal selam sekutu, Blueback, Trenchant, dan Stygian. Kamikaze menyerang Trenchant dengan tembakan dan bom laut. Ashigara terkena serangan torpedo sehingga tenggelam. Komandan Laksamana Muda Hayao Miura bersama 400 tentara dan 853 kru diselamatkan oleh Kamikaze.
Penutup
Internet merupakan sumber pengetahuan di dunia maya. Segala informasi yang bersifat positif dan negatif berada di dalamnya. Informasi mengenai peristiwa Perang Dunia II antara Jepang dan Sekutu sangat banyak. Data-data yang berkaitan dengan hal itu dapat diakses oleh siapa saja, dimanapun, dan kapanpun. Begitu pula mengenai data kapal tenggelam baik dari pihak Jepang maupun Sekutu.
Perang Dunia II menimbulkan penderitaan terhadap tentara yang terlibat langsung maupun masyarakat biasa. Bukan hanya korban jiwa tetapi juga korban material yang berupa peralatan tempur seperti tank, pesawat, dan kapal tempur. Perairan Indonesia menjadi saksi bisu pertempuran hebat yang terjadi antara kapal sekutu dan Jepang. Kapal-kapal tenggelam bersebaran hampir diseluruh tempat. Beberapa kapal telah diketahui keberadaannya, sedangkan sisanya masih misterius. Kapal-kapal tenggelam yang telah menjadi bangkai kapal (shipwreck) menjadi bukti sejarah yang tidak akan terlupakan.
Perang Dunia II menimbulkan penderitaan terhadap tentara yang terlibat langsung maupun masyarakat biasa. Bukan hanya korban jiwa tetapi juga korban material yang berupa peralatan tempur seperti tank, pesawat, dan kapal tempur. Perairan Indonesia menjadi saksi bisu pertempuran hebat yang terjadi antara kapal sekutu dan Jepang. Kapal-kapal tenggelam bersebaran hampir diseluruh tempat. Beberapa kapal telah diketahui keberadaannya, sedangkan sisanya masih misterius. Kapal-kapal tenggelam yang telah menjadi bangkai kapal (shipwreck) menjadi bukti sejarah yang tidak akan terlupakan.
Kapal-kapal Jepang yang tenggelam di perairan Indonesia merupakan salah satu "kekayaan" yang harus mendapat perlindungan. Kekayaan itu tidak luput dari penjarahan untuk diambil besinya dan barang yang terdapat didalamnya. Hilangnya kapal-kapal tenggelam yang mengandung sejarah akan sangat merugikan bagi pengembangan penelitian, pelestarian, dan pemanfaatan peninggalan bawah air.
2 komentar:
Mantep deh . . .wa. . ! Hehe
Di perairan filipina lebih banyak lagi kapal jepang yg tenggelam. Tulisannya menarikk.. Lanjutkaann.
Posting Komentar