PULAU BERHALA DAN TINGGALAN SEJARAHNYA



Pendahuluan
Di Pulau Berhala terdapat peninggalan arkeologis yang berupa makam Datuk Paduko Berhala dan peninggalan tentara Jepang. Datuk Paduko Berhalo adalah gelar yang diberikan kepada orang Turki yang bernama Ahmad Barus II. Ahmad Barus II dipercaya bermukim dan dimakamkan di Pulau Berhala. Beliau menikahi seorang wanita  bernama Putri Selaras Pinang Masak yang tinggal di Ujung Jabung menjadi istrinya. Selanjutnya dari pernikahan mereka lahirlah Orang Kayo Hitam yang menurunkan sultan-sultan di Jambi. Para keturunan Orang Kayo Hitam ini tidak menetap di Pulau Berhala melainkan memasuki pedalaman Jambi melalui Sungai Batanghari. Istana mereka yang berada di Tanah Pilih (Kota Jambi) masih berdiri sampai Belanda membumihanguskannya di masa Sultan Thaha Syaifuddin. 
Peninggalan Jepang yang telah ditemukan berupa sepucuk meriam, gua, tungku, dan keramik. Meriam letaknya di atas bukit. Di lokasi itu dapat terlihat pemandangan laut lepas. Kondisi meriam tergeletak di atas tanah dikarenakan adanya  pencurian di  bagian landasan meriam yang berfungsi untuk memutar meriam ke berbagai arah. Selain itu pada bagian badannya juga telah di gergaji namun tidak berhasil dan hanya meninggalkan bekas gergajiannya. Ukuran meriam mempunyai panjang 5 meter,  luas penampang pada bagian bawahnya 30 cm, dan bagian ujungnya 17 cm. Tentara Jepang yang bertugas di Pulau Berhala tidak diketahui jumlahnya.  Kegiatan memasak mereka menggunakan tungku. Tungku memiliki tiga lubang sebagai tempat keluar dan menghidupkan apinya. Bahannya terbuat dari batako dan semen membentuk huruf T.
Kondisi peninggalan akeologis di Pulau Berhala sangat memprihatinkan. Padahal merupakan bukti penting di dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Bukti kemenangan dan kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II di Indonesia. Peristiwa itu dapat dijadikan pelajaran bagi generasi yang akan datang. Agar suasana kejadian itu tetap diingat, maka perlu diupayakan pelestariannya. Upaya pelestarian itu juga diharapkan nantinya akan bermanfaat untuk menambah khasanah wisata di  Pulau Berhala. 
                
Letak dan Lingkungan
Pulau Berhala terletak di sebelah timur Propinsi Jambi dibatasi oleh Selat Berhala. Secara geografis berada pada koordinat 0O50’15” Lintang Selatan dan 104O24’59” Bujur Timur. Lokasinya yang dekat dengan garis khatulistiwa menyebabkan beriklim tropis dengan curah hujan sedang.  Pada masa lalu pulau ini dikalangan para pelaut Arab dikenal sebagai Pulau Dakjal, Pulau Bratail, Pulau Bertayil atau Pulau Afgorl (Belanda), Pulau Birella (Tome Pires), Pulau Verrela (Portugis). Bahakan ada yang menyebut sebagai Pulau Hantu. 
Pulau Berhala dapat ditempuh selama 12 jam menggunakan kapal motor yang berangkat dari Pelabuhan Angsoduo Kota Jambi. Perjalanannya memang cukup lama, tetapi kita tidak perlu susah-susah untuk berpindah kapal atau perahu. Alternatif lainnya adalah melalui jalan darat ke Suakkandis dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam kemudian dilanjutkan dengan speedboat ke Nipahpanjang selama 1 jam. Selanjutnya dari Nipahpanjang menyewa kapal motor langsung ke muara atau melalui Desa Sungai Itik dengan lama  perjalanan sekitar 1,5 jam.  Kedua jalur tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Apabila daerah muara dalam kondisi surut, maka kapal akan melalui Desa Sungai Itik untuk dapat menuju laut. Pulau Berhala akan mulai tampak dari muara di Desa Sungai Itik.
Pulau  Berhala merupakan gugusan pulau yang terhampar di sebelah Timur Pulau Sumatera. Di sekitar Pulau Berhala terdapat tiga pulau dan empat buah rangkaian batu-batu yang bagaikan muncul dari dalam laut. Ketiga pulau dan batu-batu itu seakan-akan mengawal Pulau Berhala dari arah Selatan dan Timur. Pulau-pulau itu adalah Pulau Layak, Pulau Mercusuar, dan Pulau Telor. Rangkaian batu-batu diantaranya dua buah terletak di dekat Pulau Laya, satu buah di dekat Pulau Mercusuar, dan  satu buah lainnya terletak di dekat Pulau Telor. Pulau Berhala dan sekitarnya dikelilingi oleh laut yang berwarna hijau. Hal ini cukup mengherankan karena umumnya laut akan berwarna biru.

Kepurbakalaan
Pulau Berhala yang berjarak 12 mil laut akan nampak pada saat kita keluar dari muara di Desa Sungai Itik, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Propinsi Jambi. Letaknya strategis karena merupakan lintasan kapal untuk  keluar masuk dari dan ke Jambi atau dari Laut Jawa ke Selat Malaka.  Keberadaan kepurbakalaan di Pulau Berhala yang berupa makam Datuk Paduko Berhala dan Peninggalan Jepang  di Masa Perang Dunia II terkait  dengan hal tersebut. Datuk Paduka Berhala dalam perjalanannya dari Turki melalui lautan tiba di Pulau Berhala. Bertemu dengan putri setempat dan mempunyai keturunan yang menjadi sultan-sultan di Jambi. Tentara Jepang ditempatkan di Pulau Berhala dalam rangka mengawasi  kapal musuh yang menuju Jambi atau daerah lain di sebelah Selatan, antara lain Sumatera bagian Selatan dan Pulau Jawa. Mereka diperkuat oleh meriam besar yang ditempatkan di puncak bukit.  Hasil pengumpulan data terhadap kepurbakalaan di Pulau Berhala sebagai berikut

1.   Makam Datuk Paduka Berhala
Makam Datuk Paduka Berhala terletak di lereng bukit yang berada di sebelah Selatan Bukit Meriam. Lokasi bukit ini terletak di sisi Timur Pulau Berhala atau sekarang dibelakang perumahan yang dibangun oleh Pemda Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Bukit tersebut tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan Bukit Meriam. Untuk menuju makam harus melalui anak tangga yang berjumlah 70 buah. Daerah sekitar makam banyak tumbuh pohon kelapa. Pada sisi Selatan dibatasi oleh batu besar yang berjarak 4,5 meter, sisi Barat dibatasi oleh tanah tinggi, sisi Utara dibatasi oleh jurang, dan sisi Timur dibatasi oleh lereng.
Makam Datuk Paduka Berhala berada di dalam bangunan pelindung berukuran 4,7 x 6,02 meter. bangunan terbuat dari kayu  dan atap dari seng dengan tiang-tiang berjumlah   buah.  Permukaan tanahnya  rata karena dibuat talud di sisi Timur. Lantainya diberi keramik berwarna hijau berukuran 20 x 20 cm. Keramik tersebut juga dipakai sebagai jirat makam yang berukuran 1,24 x 3,10 meter. Di bagian tengah makam terdapat tiga buah batu yang diperkirakan lama. Sedangkan nisan makam tampak baru.  Makam terletak di lereng bukit yang berada di sebelah Selatan Bukit Meriam. Lokasi bukit ini terletak di sisi Timur Pulau Berhala atau sekarang dibelakang perumahan yang dibangun oleh Pemda Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Bukit tersebut tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan Bukit Meriam. Untuk menuju makam harus melalui anak tangga yang berjumlah 70 buah Daerah sekitar makam banyak tumbuh pohon kelapa. Pada sisi Selatan dibatasi oleh batu besar yang berjarak 4,5meter, sisi Barat dibatasi oleh tanah tinggi, sisi Utara dibatasi oleh jurang, dan sisi Timur dibatasi oleh lereng.

2. Peninggalan Jepang
Tentara Jepang ditempatkan di Pulau Berhala dikarenakan lokasinya yang strategis. Dari Pulau Berhala ini dapat terlihat pergerakan kapal perang dari dan menuju Pulau Jawa atau Sumatera Bagian Selatan.  Mereka diperkuat oleh meriam besar yang ditempatkan di puncak bukit. Peninggalan Tentara Jepang terdapat di tepi pantai dan atas bukit Meriam. Temuan yang terdapat di tepi pantai adalah tungku masak dan bunker tanah. Sedangkan temuan yang di atas bukit meriam adalah meriam besar, bunker, tanah lapang, dan meriam katak.

Tungku Masak
Temuan terletak di sisi Timur Laut Pulau Berhala. Tempat ini tepat dipinggir jalan setapak yang menghubungkan makam Datuk Paduka Berhala dengan perkampungan nelayan. Jaraknya dari tepi pantai hanya berjarak 16 meter. Tungku masak ini berupa bangunan yang berbentuk huruf T berukuran panjang 2,7 meter, lebar   1,24 meter   dan   tinggi 77 cm.    Tungku
mempunyai tiga lubang di bagian  samping dan atas. Lubang dibagian samping berfungsi untuk memasukkan kayu yang akan dibakar,   sedangkan   bagian atas    untuk keluarnya api.     Ukuran
lubang tidak sama atau semakin mengecil. Diameter lubang adalah 75 cm, 36 cm, dan 30 cm.   Di lokasi  dijumpai  pula tungku yang lebih kecil dengan dua lubang berukuran diameter 35 cm dan 25 cm. Namun kondisinya telah rusak dibagian atas. Temuan lainnya adalah lantai di sekitar tungku dan lantai tempat mencuci yang dilengkapi dengan saluran air (got) yang menuju ke pantai. Lantai untuk mencuci berukuran 180 cm x 180 cm. Di tempat ini juga terdapat sumur tua.  

Bunker Tanah
Bunker terletak tidak jauh dari tungku. Lokasinya di sebelah kiri dari jalan setapak yang mendaki menuju perkampungan nelayan. Temuan berupa bunker yang berupa lubang tanah yang dikerjakan dengan menggali tanah berbentuk bujur sangkar berukuran 5 x 5 meter dengan kedalaman 1,5 meter. Pada salah satu sisi bunker terdapat parit yang merupakan jalan masuk ke dalam bunker. Parit digunakan untuk melindungi dari tembakan musuh. Temuan lain adalah tanah tinggi yang berfungsi untuk membentengi bunker. Benteng tanah berbentuk huruf L. Selain itu terdapat tembok yang pada bagian atasnya membentuk huruf U mengarah tungku atau pantai. Tembok berukuran panjang 140 cm, lebar 110 cm, dan tinggi 140 cm.

Meriam Besar
Lokasi meriam terletak di atas Bukit Meriam dengan kondisi tergeletak di atas tanah. Saksi mata yang bernama Bapak Hasan mengatakan pada saat kecil bermain-main dengan meriam itu. Beliau duduk di pangkal meriam yang dilengkapi dengan tempat duduk yang diberi sabuk dan memutar meriam ke segala arah karena mempunyai bantalan besi (rel) dibagian bawah yang berbentuk lingkaran. Meriam  ini  hancur fondasinya dikarenakan dibom oleh orang yang bermaksud mengambilnya. Digambarkan bom yang disebut bom “singapur” karena berasal dari Singapura meledak dengan suara yang amat dahsyat sehingga menggetarkan rumah-rumah penduduk.
Meriam berukuran panjang 5 meter dengan luas penampang pada bagian bawahnya 30 cm sedangkan bagian ujungnya 17 cm. Pada bagian badan meriam terdapat tanda bekas gergajian yang menandakan adanya usaha untuk membelah bagian laras. Meriam ini ditempatkan dilubang yang berbentuk lingkaran dengan diameter 750 cm. Pada sisi sebelah Utara terdapat   parit    yang    menuju   ke lereng bukit sebelah Utara. Di lereng tersebut terdapat tanah datar  yang berukuran panjang 22,70 meter dan lebar 10 meter.  Di sebelah barat tanah datar terdapat bunker berukuran pankang 3,7 meter, lebar 3,7 meter, dan kedalaman 1 meter. Bunker ini terhubung dengan bunker lain yang berada disebelah Selatan melalui parit. Bunker berukuran panjang 5 meter, lebar 3,5 meter, dan kedalaman 1 meter.  Tampaknya meriam besar tersebut dilindungi oleh pasukan yang berdiam di bunker-bunker.

Bunker Beton
Bunker yang terbuat dari beton terletak di sebelah barat dari meriam. Lubang bunker bentuk persegi enam yang sisinya  berukuran 100 cm. Pada bagian atas lubang terdapat tiang-tiang  yang telah runtuh  berjumlah 4 buah. Tiang berukuran panjang 53 cm, lebar 50 cm, dan  tinggi 65 cm. Pada tengah lubang terdapat runtuhan atap beton yang berbentuk persegi enam. Pada sisi Utara bunker itu terdapat parit yang menuju tanah datar di sebelah Utara. Parit ini tidak dapat dilewati oleh manusia karena sangat sempit. Diperkirkan berfungsi untuk mengalirkan air yang masuk ke dalam bunker. 

Meriam Katak
Meriam ini terguling di lereng bukit berjarak 10 meter dari tempat semulanya di tanah datar yang berukuran  panjang 3,7 meter dan lebar 3,7 meter. Tanah datar ini merupakan teras kedua atau yang paling bawah. Bentuk meriam ini sangat unik karena larasnya dibagian atas terbuka. Meriam berukuran panjang 204 cm dan lebar 30 cm.  Meriam ini oleh penduduk diberi nama meriam katak karena sering lokasinya sulit ditemukan atau seperti katak yang meloncat-loncat ke sana kemari.

Penutup
Pulau Berhala bagaikan mutiara yang terpendam di Pantai Timur Sumatera. Potensi alamnya menunggu sentuhan untuk dikembangkan menjadi objek wisata yang menarik. Lokasinya yang dekat dengan Provinsi Jambi sangat menguntungkan bagi daerah Jambi. Apapun hasil dari penentuan status pulau tersebut sebagai milik Jambi atau Riau. Para pengunjung dari luar Jambi yang pergi dan pulang ke Pulau Berhala akan lebih dekat dan nyaman dari Jambi. Contoh dalam hal ini adalah mengenai objek wisata Candi Borobudur yang terletak di Propisi Jawa Tengah. Wisatawan yang akan berkunjung ke candi tersebut umumnya pergi dan pulang dari Propinsi Di Yogyakarta. Begitu pula yang terjadi di Kabupaten Kerinci yang dikunjungi wisatawan dari Propinsi Sumatera Barat. Pengembangan wisata di Pulau Berhala hendaknya segera dilakukan denga tidak melupakan pelestariannya. Situasi dan kondisi Pulau Berhala dan sekitarnya sangat rawan dengan masalah-masalah lingkungan. Namun secara tampakan fisik mempunyai daya tarik yang cukup tinggi untuk sektor pariwisata.
Di Pulau Berhala selain terdapat pemandangan alam yang menarik berupa perbukitan dan pasir putih di tepi pantai, tetapi juga mempunyai potensi wisata sejarah. Di pulau terdapat makam Datuk Paduka Berhala dan peninggalan tentara Jepang di masa Perang Dunia II. Makam Datuk Paduka Berhala dapat dikembangkan menjadi wisata ziarah. Pada saat ini pun telah banyak masyarakat yang melakukan ziarah ke makam itu. Bahkan secara rutin pemerintah Propinsi Jambi melakukan haul. Wisata Lainnya adalah wisata sejarah dengan melihat peninggalan Jepang yang berupa tungku masak, bunker, dan meriam.

















-->
Share:

Tidak ada komentar:

Profile

Foto saya
AGUS SUDARYADI, arkeolog yang bekerja di Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi Wilayah Kerja Prop. Jambi, Sumsel, Bengkulu, dan Kep. Bangka-Belitung yang sering melakukan Jelajah Situs dalam rangka Pelestarian Cagar Budaya. Menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Situs adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Pekerjaan tersebut memberikan saya kesempatan untuk menjelajahi pelosok negeri di Propinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka-Belitung. Pelosok karena lokasi yang kami datangi kebanyakan berada di luar kota, bahkan sampai masuk hutan. Maklum Cagar Budaya atau Diduga Cagar Budaya yang saya tuju sekarang berada di daerah yang jauh dari kota. Kegiatan yang memerlukan stamina dan mental yang kuat adalah dalam rangka pelestarian Cagar Budaya Bawah Air. Saya telah mengikuti pelatihan Arkeologi Bawah Air di dalam dan luar negeri, antara lain Makassar Sulsel, Pulau Bintan Kepri, Tulamben Bali, dan Karimunjawa Jateng serta Thailand dan Sri lanka.

Popular Posts

Recent Posts

Pages