Pendahuluan
Pulau Berhala yang berjarak 12 mil laut dari Provinsi Jambi menyimpan peninggalan purbakala berupa Makam
Datuk Paduko Berhalo dan peninggalan tantara Jepang di
Masa Perang Dunia II.
Datuk Paduko Berhalo adalah gelar yang diberikan
kepada orang Turki yang bernama Ahmad Barus II. Ahmad Barus II dipercaya
bermukim dan dimakamkan di Pulau Berhala. Beliau mendapatkan putri setempat
yang bernama Putri Selaras Pinang Masak yang tinggal di Ujung Jabung menjadi
istrinya. Selanjutnya dari pernikahan mereka lahirlah Orang Kayo Hitam yang
menurunkan sultan-sultan di Jambi. Para keturunan Orang Kayo Hitam ini tidak
menetap di Pulau Berhala melainkan memasuki pedalaman Jambi melalui Sungai
Batanghari. Istana mereka yang berada di Tanah Pilih (Kota Jambi) masih berdiri
sampai Belanda mengbumi hanguskannya pada masa Sultan Thaha Syaifuddin.
Peninggalan Tentara Jepang berupa sepucuk meriam terletak di atas bukit dengan posisi tergeletak di
atas tanah dikarenakan adanya pencurian
di bagian landasan meriam yang berfungsi untuk memutar meriam ke berbagai arah.
Selain itu bagian badannya juga telah di gergaji namun tidak berhasil dan hanya
meninggalkan bekas gergajiannya. Meriam tersebut merupakan alat pertahanan tantara Jepang yang mengawasi
kapal-kapa yang melintasi Selat Berhala. Meriam berukuran panjang 5 meter dengan luas
penampang pada bagian bawahnya 30 cm sedangkan bagian ujungnya 17 cm. Selain
itu juga terdapat bekas tungku untuk memasak yang terletak disisi timur Pulau Berhala.
Pulau Berhala bagaikan mutiara yang terpendam di Pantai Timur Sumatera. Potensi alamnya menunggu sentuhan untuk dikembangkan menjadi objek wisata
yang menarik. Lingkungan Pulau Berhala dan pulau-pulau kecil disekitarnya
menyimpan potensi yang dapat dikembangkan menjadi obyek wisata bahari, wisata
ziarah, dan wisata budaya. Pengembangan wisata di Pulau Berhala hendaknya
dilakukan dengan tidak melupakan
kelestariannya, baik kelestarian alam, laut, maupun budayanya. Oleh karena itu
langkah awal yang perlu dilakukan dalam pengembangan Pulau Berhala menjadi
obyek wisata adalah menyusun perencanaan yang benar-benar akurat.
Lokasi Pulau Berhala
Pulau Berhala secara geografis terletak pada
koordinat 0O50’15” Lintang Selatan dan 104O24’59” Bujur
Timur. Lokasinya yang dekat dengan garis khatulistiwa menyebabkan beriklim
tropis dengan curah hujan sedang. Pada
masa lalu pulau ini dikalangan para pelaut
dikenal sebagai Pulau Dakjal, Pulau Bratail, Pulau Bertayil atau Pulau
Afgorl (Belanda), Pulau Birella (Tome Pires), Pulau Verrela (Portugis). Bahkan
ada yang menyebut sebagai Pulau Hantu.
Pulau Berhala dapat ditempuh langsung selama lebih
kurang 11 sampai 12 jam menggunakan kapal motor yang berangkat dari Pelabuhan
Angsoduo Kota Jambi. Perjalanannya memang cukup lama, tetapi kita tidak perlu
susah-susah untuk berpindah kapal atau perahu. Sedangkan dengan menggunakan
speedboat dapat ditempuh lebih kurang 4 jam. Alternatif lainnya adalah melalui
jalan darat dari Kota Jambi ke Suakkandis dengan waktu tempuh sekitar 1-1,5 jam
kemudian dilanjutkan dengan speedboat
ke Nipahpanjang selama 1 jam. Selanjutnya dari Nipahpanjang menyewa kapal motor
langsung ke muara atau melalui Desa Sungai Itik dengan lama perjalanan sekitar
1,5 jam. Kedua jalur tersebut sangat
dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Apabila daerah muara dalam kondisi
surut, maka kapal akan melalui Desa Sungai Itik untuk dapat menuju laut. Pada
saat keluar dari muara, Pulau Berhala sudah tampak dalam pandangan mata.
Pulau
Berhala merupakan gugusan pulau yang terhampar di sebelah Timur Pulau
Sumatera. Pulau pulau tersebut seakan-akan mengawal Pulau Berhala dari arah
Selatan dan Timur. Pulau-pulau itu adalah Pulau Laya, Pulau Mercusuar, Pulau
Penyu, dan Pulau Telor. Selain itu terdapat rangkaian gugusan batu-batu,
diantaranya dua buah terletak di dekat Pulau Laya, satu buah di dekat Pulau
Mercusuar, dan satu buah lainnya
terletak di dekat Pulau Telor. Pulau Berhala dan sekitarnya dikelilingi oleh
laut yang berwarna hijau. Hal ini cukup mengherankan karena umumnya laut akan
berwarna biru. Warna hijau ini jelas terlihat pada saat kita melakukan
dokumentasi di dalam air. Dengan demikian berdasarkan warnanya tersebut maka
cocok disebut Green Sea.
Pulau berhala merupakan pulau yang terbesar dan
terluas. Pulau ini berbentuk bukit dengan ketinggian 200 meter. Pohon-pohon
yang tumbuh dengan lebatnya memberikan nuansa hijau di sekeliling pulau.
Pantainya berpasir putih dengan batu-batu besar dan kecil di sekitarnya. Pasir
putih ini berasal dari pecahan batuan kuarsa dan bukan dari pecahan terumbu
karang. Di lokasi pantai sebelah selatan
terdapat homestay (rumah tinggal)
yang dibangun oleh Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Propinsi Jambi. Terdapat dua
dermaga, dermaga sebelah timur dibangun oleh Pemerintah Propinsi Riau dan dalam
keadaan rusak. Sedang dermaga yang disebelah Barat dibangun
oleh Pemerintah Propinsi Jambi dan dalam keadaan terpelihara baik. Pantai di sisi utara dan barat kosong tidak
berpenghuni. Hal ini mungkin dapat dikaitkan dengan lokasi kedua tempat
tersebut yang langsung menghadap ke laut lepas atau tidak ada pulau di depannya sehingga tidak
ada penghalang dari terjangan angin dan ombak besar.
Pulau Laya berada tepat di depan/selatan Pulau
Berhala. Antara Pulau Berhala dan Pulau Laya dibatasi oleh laut yang cukup
dalam dengan arus air lautnya yang cukup kuat. Pulau Laya merupakan pulau yang
hijau oleh pepohonan di bagian atasnya, sedangkan bagian pantainya berupa pasir
putih dan berbatu. Pulau ini kosong
tidak berpenghuni.
Pulau Mercusuar merupakan pulau yang berbatu
berukuran besar. Letaknya di sebelah barat daya Pulau Laya atau disebelah barat
daya Pulau Berhala. Pada bagian atasnya tumbuh sejumlah pohon kelapa. Di pulau
ini terdapat menara mercusuar dengan konstruksi besi dan rumah jaga. Mercusuar
ini berfungsi sebagai pemandu lalulintas kapal yang melintasi Pulau Berhala,
karena memang cukup ramai dilewati kapal-kapal yang menuju Selat Malaka.
Pulau Telor disebut juga dengan Pulau Penyu atau
Pulau Sisik. Letaknya di sebelah Timur
laut Pulau Berhala. Lokasi pulau tidak sedekat antara Pulau Berhala dan Pulau
Laya. Pulau ini merupakan tempat
bertelurnya Penyu Sisik dan Penyu Hijau.
Pada waktu-waktu tertentu penyu ini dapat terlihat di pasir putih.
Pemandangan pantai yang terletak di sisi barat cukup indah karena di kelilingi
oleh batuan sehingga berbentuk seperti laguna.
Pulau Berhala merupakan pulau yang paling besar
diantara pulau pulau yang ada disekitarnya dan satu satunya pulau yang
berpenghuni. Pulau Berhala ini dihuni oleh 39 KK yang menempati sisi selatan
dan timur. Penduduk sisi selatan antara lain menempati homestay (rumah tinggal) yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, sedangkan penduduk di sisi timur menempati perkampungan
nelayan. Jumlah homestay sebanyak 13
buah dengan rincian 8 buah telah dihuni dan 5 buah dikosong yang berfungsi
sebagai tempat menginap pejabat/tamu pada
saat berkunjung ke Pulau
Berhala. Bangunan lainnya adalah
satu buah pendopo dan tiga buah pondok. Pendopo berupa bangunan dengan tiga
sisinya tidak berdinding berkapasitas sekitar 100 orang. Pondok-pondok di buat
terpisah bahkan salah satunya berada di atas bukit batu sebelah barat pulau.
Pemandangan
dari pondok pondok ini
cukup indah dengan pemandangan ke laut lepas. Hilir mudiknya kapal yang
melintasi Pulau Berhala menuju Selat Malaka terlihat dari sini. Apalagi
pemandangan saat sunrise dan sunset yang tampak secara utuh
memberikan pemandangan cakrawala kemerahan yang indah. Jalan setapak yang
menghubungkan dermaga, homestay, dan pondok pandang telah terhubung dengan
jalan setapak dari konblok. Penerangannya menggunakan diesel yang berfungsi
juga untuk menyedot air tawar yang berada di atas bukit. Sumur-sumur milik
masyarakat sekalipun jaraknya tidak jauh dari pantai, tetapi airnya tawar. Di
pulau ini juga terdapat dua buah warung untuk melayani kebutuhan makan dan
minum, Kantor Pengawas, Babinsa, dan Sekolah Dasar.
Potensi Bawah Air
Pulau Berhala mempunyai pantai berpasir putih. Berdasarkan analisa butiran pasir putih tersebut maka dapat
dijelaskan bahwa pasir tersebut bukan disebabkan oleh jenis Ikan Kakaktua yang biasa menghasilkan pasir melalui kotorannya. Ikan
Kakaktua ini ditemukan sedikit di laut sekitar Pulau Berhala. Sedangkan ikan lain
yang biasa membuat banyak pasir, yaitu bumper
headfiru fish tidak ditemukan. Satu
hal lagi bahwa terumbu karang yang menjadi makanan mereka juga tidak banyak
tumbuh di sekitar pulau yang disebabkan karena kondisi laut yang keruh sehingga
kekurangan sinar. Tanda-tanda lainnya adalah di daerah pasang surut terlihat gersang karena tidak adanya rumput laut yang
menunjukkan kurangnya mineral. Pada daerah tersebut juga dijumpai tanaman yang
tertutup oleh lumpur yang menyebabkan tanaman tidak sehat. Tanaman yang sehat
akan berwarna coklat cerah. Dengan
demikian, pasir putih yang terdapat di
Pulau Berhala berasal dari pecahan batu-batu yang berubah menjadi pasir akibat
hantaman ombak dalam kurun waktu yang cukup lama. Butiran-butiran pasirannya
berjenis kuarsa, sejenis dengan batuan yang terdapat di Pulau Berhala dan
pulau-pulau disekitarnya. Hal tersebut menjadi indikator tidak akan dijumpainya
terumbu karang yang baik sebagai tempat menetap berbagai jenis ikan.
Penyelaman yang dilakukan di perairan Pulau Berhala menunjukkan kekeruhan air yang tinggi
sehingga jarak pandang sangat dekat. Pada empat titik
penyelaman tidak banyak
terumbu karang atau ikan yang dapat dilihat, sedangkan satu lokasi lagi
merupakan tempat yang cukup menarik bagi penggemar diving. Di lokasi tersebut
tumbuh dengan banyaknya akar bahar (gorgonean)
sehingga layak disebut Gorgonean Garden.
Ikan-ikan pun banyak terlihat. Berikut uraian hasil penyelaman yang telah
dilakukan di Pulau berhala dan sekitarnya.
1. Sebelah Utara Pulau Telor
Lokasi ini dipilih karena tampak
adanya permukaan yang agak cerah di sebelah Utara Pulau Telor. Penyelaman
dilakukan tidak jauh dari pantai. Gelombang laut cukup kuat mengguncang kapal. Penyelaman
dilakukan oleh 4 orang sampai kedalaman 18 meter selama 10 menit. Jarak pandang
tidak lebih dari 1 meter. Kehidupan laut yang menjadi tujuan penyelaman tidak
terdapat terlihat sama sekali. Kondisi permukaan menunjukkan adanya kelebihan
plankton yang menandakan daerah berair keruh. Airnya berwarna kehijau-hijauan dan
bukan biru yang menandakan permukaan air yang bening. Air yang berwarna biru
menjadi indikator bawah air yang kaya dengan karang dan ikan.
2. Sebelah Barat Pulau berhala.
Kapal diarahkan untuk mendekat
ke pantai sampai dasar laut terlihat dan kemudian berhenti. Penyelaman
dilakukan oleh 2 orang dengan kedalaman 8 meter dengan jarak pandang sekitar 2
meter. Pada bagian dasar laut komposisinya lumpur berpasir. Lumpur berpasir ini
sangat besar menimbulkan keruhnya air. Di lokasi ini terlihat berbagai jenis
akar bahar (gorgonean), hard koral,
soft koral, dan sponge. Jenis hard koral antara lain muntifora, aksofora, dan
jamur. Jenis ikan yang dijumpai adalah marine fish, ikan pari (bluespotted stingray), butterfly fish, kwawa (bhs. Bali), yaitu sejenis tumbuhan laut
berwarna putih memanjang yang oleh masyarakat Bali dipercaya dapat
menghindarkan black magic. Selama 30 menit penyelaman dilakukan tidak ada arus.
Pada kedalaman lebih dari 8 meter hanya terdapat lumpur berpasir.
3. Sebelah utara Pulau Laya
Penyelaman dilakukan sampai kedalaman 28 meter selama 27
menit. Pada kedalaman tersebut belum
mencapai dasar. Tempat penyelaman berupa drop
zone atau tebing dengan kemiringan
sekitar 30 derajat. Jarak pandang kurang bagus hanya berjarak 3 meter karena
kondisi air yang keruh. Dijumpai ikan berjenis
marine life fish, sedangkan jenis koralnya adalah hard koral, soft
koral, gorgonean.
4. Sebelah timur Batu Empat Lima
Lokasi ini merupakan lokasi
yang paling bagus dibanding dengan lokasi-lokasi lainnya dan dapat
direkomendasikan untuk penyelam tingkat pemula
maupun yang berpengalaman. Di lokasi
ditemukan berbagai jenis akar bahar yang tumbuh sampai ketinggian 2 – 3 meter
sehingga layak disebut kebun akar bahar (Gorgonean
Garden). Akar bahar beraneka ragam berukuran besar dan kecil dengan warna
yang beragam antara lain putih, merah, hitam, hijau, oranye, coklat, dan
abu-abu di daerah yang cukup luas. Temuan lainnya sama dengan ditempat lain
seperti hard koral dan soft koral.
Daerahnya di kedalaman 5 sd. 14 meter. Tumbuhan tersebut semakin dalam
semakin lebat. Pada sebelah selatan
terdapat drop of. Waktu penyelaman 30
menit dengan jarak pandang 10 meter. Ikan yang terlihat adalah angel fish, ikan
kembung, giant grouper, butterfly fish, stingray, dan clone fish. Komposisi
dasarnya lebih banyak pasir daripada lumpur. Hal tersebut yang menyebabkan
airnya lebih bening.
5. Sebelah Selatan Batu Layar
Penyelaman di kedalaman 8
meter selama 20 menit. Direkomendasikan untuk penyelaman pemula dan cocok untuk
snorkling. Ikan terlihat pada kedalaman 5 sd. 8 meter. Terumbu karangnya sama
dengan di lokasi lainnya.
Arahan Pengembangan
Pulau Berhala secara tampakan fisik
mempunyai daya tarik yang cukup tinggi untuk dikembangkan di sektor pariwisata
dan kegiatan lainnya yang bersifat kelautan sesuai dengan kriteria pulau-pulau
kecil. Lingkungan
Pulau Berhala dengan karakteristik pesisir memiliki kondisi fisik pantai
berpasir dan berbatu, iklim laut, pasang surut, ombak dan arus, kondisi
batimetri, terumbu karang, (intertidal coral reef dan karang tengah), yang
merupakan vegetasi khas pulau kecil. Kondisi fisik yang demikian merupakan
potensi yang dapat dikembangkan agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
dan pemerintah disamping yang terpenting adalah menjaga kelestariannya.
Pengembangan Pulau Berhala sebagai tempat wisata
menjadi penting namun di dalam pengembangannya perlu dilakukan secara cermat dan penuh
perhitungan karena pulau kecil mempunyai kerentanan yang tinggi dan
kendala-kendala yang harus diperhatikan antara lain relatif jauh dari pulau
induknya, sehingga penyediaan sarana dan prasarana menjadi mahal, adanya
keterbatasan air tawar, serta rentan terhadap perubahan lingkungan.
Pengembangan Pulau berhala
sangat ditentukan oleh berbagai aspek dari potensi yang dimilikinya. Pulau
Berhala yang merupakan pulau yang paling besar diantara pulau-pulau lainnya
dikembangkan untuk wisata dengan fasilitas-fasilitas pendukungnya, sedangkan
pulau-pulau lain agar tetap dipertahankan sebagai pulau yang tidak berpenghuni.
Pembangunan yang dilakukan di Pulau Telor dan Laya hanya berupa pondok istirahat dan dermaga saja.
Pondok-pondok digunakan untuk santai dan beristirahat bagi pengunjung yang
datang ke pulau. Dermaga digunakan untuk merapatkan perahu atau beraktivitas di
atasnya misalnya memancing.
Pulau Telor atau Pulau Penyu perlu segera
dijadikan daerah konservasi mengingat adanya genangan air semacam laguna yang
diperkirakan memiliki arti penting bagi kehidupan beberapa spesies tertentu.
Pulau Telor mempunyai keistimewaan, yaitu menjadi tempat bertelurnya penyu,
sedang pantai di pulau lainnya hanya
sekali-kali saja digunakan penyu untuk meyimpan telurnya. Telur penyu tersebut
umumnya diambil oleh masyarakat baik untuk dimanfaatkan sendiri maupun
diperdagangkan. Kelestarian penyu ini penting guna untuk menjaga ekosistem
sekaligus menambah daya tarik wisata. Dengan pengelolaan yang benar kelestarian penyu dapat terjaga dan
pelepasan tukik tukik (anak penyu) ke laut merupakan atraksi yang cukup langka
dan dapat dijadikan obyek wisata yang menarik. Kegiatan wisata di atas sering
dilakukan di Bali dan daerah-daerah lainnya.
Zona laut dalam radius sekitar 200 meter dari
bibir pantai juga perlu ditetapkan sebagai wilayah konservasi terbatas, karena
pada zona tersebut terdapat terumbu karang yang masih dalam kondisi baik.
Sementara di bagian lebih dangkal hampir seluruh terumbu karang telah
mati. Kegiatan-kegiatan yang merusak
wilayah perairan Pulau Berhala hendaknya segera dihentikan. Kerusakan terumbu karang menyebabkan wisata diving (penyelaman) dan snorkling akan menjadi tidak menarik. Tumbuhan dan ikan
sedikit dengan kondisi air keruh
sehingga jarak pandang sangat dekat. Sementara ini baru terdapat satu lokasi
yang cukup menarik untuk dilakukan kegiatan di atas, yaitu di sebelah timur
batu empat lima. Di lokasi tersebut dijumpai
banyak tumbuhan akar bahar (gorgonean)
yang berukuran besar dan tinggi seta berwarna warni, sehingga menjadi tempat
tinggal berbagai jenis ikan.
Kedalamannya antara 8 sampai dengan 15 meter. Lokasi itu layak disebut
sebagai Gorgonean Garden (kebun akar
bahar).
Jenis wisata yang dikembangkan di Pulau Berhala
adalah wisata bahari, yang merupakan perpaduan antara wisata pantai, laut,
dan bawah laut. Wisata bahari dibedakan
menjadi kegiatan bahari di pesisir pantai, di atas air, dan di bawah air.
Kegiatan bahari di pesisir pantai berupa rekreasi air/leisure, camping,
tracking, hiking, dan swimming. Kegiatan bahari di atas air berupa jetski,
fishing, boating, dan sailing. Sedangkan kgiatan bahari di bawah air berupa
diving dan snorkling.
Keberadaan makam Paduka Datok Berhalo mempunyai
arti penting bagi masyarakat Jambi, sehingga dapat juga dikembangkan wisata
ziarah sebagaimana yang sudah lebih dahulu dikembangkan ditempat lain. Di Jawa,
makam Para Wali merupakan tempat wisata ziarah yang cukup banyak pengunjungnya
sehingga menjadi aset pemasukan PAD. Demikian pula adanya benda cagar budaya
peninggalan Jepang semasa Perang Dunia ke II, jika telah tertata dengan baik
merupakan obyek pendukung wisata di Pulau Berhala. Obyek-obyek tersebut dapat
dikunjungi sambil melakukan hiking
dengan menikmati pemandangan yang indah.