MENGENAL SITUS MEGALITIK TINGGIHARI









Pendahuluan
Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera menyimpan banyak peninggalan-peninggalan tua dari masa Prasejarah. Hal itu tidak mengherankan karena dataran tinggi tersebut merupakan daratan yang tidak terendam oleh laut dan merupakan jalur migrasi manusia prasejarah. Peninggalan manusia prasejarah tersebut dapat ditemukan di daerah Kerinci (Jambi), daerah Pasemah (Sumatera Selatan), dan lima puluh kota (Sumatera Barat). Namun dibanding dengan daerah lainnya, daerah Pasemah merupakan daerah yang paling kaya dengan peninggalan Prasejarahnya. Batu-batu besar dengan berbagai bentuk, pahatan di bukit batu, susunan batu yang membentuk ruangan sangat menakjubkan dan memerlukan keahlian yang tinggi. Masyarakat Pasemah menyebutnya batu gajah, rumah batu, batu macan, dan sebagainya. Kalangan para ahli menggolongkannya dalam tradisi megalitik. Tradisi megalitik adalah adat atau kebiasaan mendirikan bangunan dari batu besar, baik dalam satuan maupun kelompok yang fungsinya berkaitan dengan pemujaan leluhur. Peninggalan tradisi ini meliputi (1) pendirian bangunan besar untuk upacara pemujaan dan/atau kubur dan (2) keperluan lain, seperti batas tanah, altar permusyarawatan, tanda satuan masyarakat.

Tradisi pendirian bangunan-bangunan megalitik selalu berdasarkan kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati, terutama kepercayaan adanya pengaruh kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanah. Pusat pemujaan biasanya dihubungkan dengan leluhur yang boleh jadi adalah nenek moyang, pahlawan perang, pendiri desa, atau tokoh-tokoh mistis yang berpengaruh kuat terhadap kesuburan tanah, padang perburuan, dukun, dan sebagainya.


Kronologi

Penelitian tinggalan/bangunan tradisi megalitik di Sumatera Selatan dilakukan antara lain oleh Ullman (1850), Tombrink (1870), Engelhord (1891), Krom (1918), Westenenk (1922), Hoven (1927), Eerde (1929), Hoop (1932, dan Geldern (1933). Peneliti lain pada masa-masa berikutnya yang muncul adalah Keekeren, R.P. Soejono, Teguh Asmar, Haris Sukendar, Bagyo Prasetyo dan Sebagainya. Kronologi berbagai hasil penting dari penelitian tinggalan tradisi Megalitik tersebut sebagai berikut :
1. Pada tahun 1870 Tombrik menduga bahwa tinggalan-tinggalan tradisi megalitik itu sebagai Hindoe- monumenten
2. Pada tahun 1928 Robert von Hein Geldern menyatakan bahwa pendirian bangunan-bangunan megalitik itu berkaitan dengan alam kubur dan arwah nenek moyang
3. Pada tahun 1929 Van Eerde menyatakan bahwa bangunan-bangunan megalitik Pasemah sama sekali lepas dari pengaruh budaya Hindu
4. Pada tahun 1932 Van der Hoop menyusun ihtisar tentang peninggalan tradisi megaltik di Sumatera Selatan
5. Pada tahun 1958 van Heekeren menguraikan pendapatnya tentang tipologi, fungsi, dan pertanggalan relatif megalitik Pasemah
6. Pada tahun 1958 J.L. Peacock menganalisis aspek sejarah dan fungsi megalitik Pasemah
7. Penelitian-penelitian tahun 1970 – 1990-an mulai melingkupi kajian aspek-aspek sosial, teknologi, rincian situs, dan pola-pola sebarannya.

Jenis temuan

Kompleks Megalitik Tinggihari terletak di sebuah dataran tinggi yang berada di Kabupaten Lahat. Secara Administrasi berada di wilayah Desa Simpur, Kecamatan Pulaupinang, Kabupaten Lahat. Lokasi situs telah dibebaskan dan dibatasi sekelilingnya dengan pagar kawat. Lingkungan sekitar situs telah berupa perkebunan kopi. Penataan lingkungan yang telah dilakukan di situs beberapa tahun yang lalu kondisinya sekarang kurang terawat. Di lokasi situs terdapat menhir berelief, batu tegak, batu datar, lumpang batu, arca manusia, dan arca binatang. Situs Tinggihari dibagi menjadi tiga bagian yang disebut Tinggihari I, II, dan III, karena lokasinya yang tidak dalam satu area. Para ahli menduga bahwa Kompleks Megalitik Tinggihari merupakan bagian dari peninggalan tradisi megalitik yang tersebar luas di Dataran Tinggi Pasemah di Kabupaten Lahat. Berikut jenis-jenis peninggalan yang terdapat di kompleks Megalitik Tinggihari

Tinggihari I
Tinggihari I berada di sebelah timur atau kompleks yang akan kita jumpai pertama kali setelah melalui jalan aspal dengan kondisi jalan yang berkelok-kelok dan menanjak. Luas lokasi yang telah dibebaskan dan diberi pagar sebesar 19.200 meter persegi. Dilokasi Tinggihari I dapat ditemukan antara lain :

Menhir Berelief
Menhir terletak berada di dekat pintu masuk yang terletak di sebelah timur. Menhir berukuran tinggi 314 cm dan lebar 84 cm. Permukaan batunya terdapat pahatan yang menggambarkan dua orang manusia dan seekor buaya. Gambar manusia yang satu dipahatkan dalam posisi duduk di atas manusia lainnya yang sedang berdiri. Buaya digambarkan dengan posisi menghadap ke atas, kedua kaki kirinya terkesan sedang mendukung tokoh manusia yang berdiri.

Batu Tegak
Batu tegak berjumlah 4 buah dengan lokasi yang berpencar. Batu ini berupa batu alam yang berdiri ditegakkan. Fungsi batu tegak ini belum diketahui.

Batu Datar
Batu datar berjumlah 2 buah dengan lokasi yang juga berpencar. Batu ini berupa batu alam dengan permukaan atasnya yang berbentuk datar. Fungsi batu datar ini belum diketahui.

Lumpang Batu
Lumpang batu berjumlah 3 buah dengan lokasi yang juga berpencar. Pada batu ini terdapat lubang-lubang yang berjumlah dua atau empat lubang.

Arca Manusia
Arca manusia terletak sekitar 125 meter atau berada di sebelah barat dari menhir berelief. Arca ini pada bagian kepalanya telah hilang. Arca digam-barkan dalam posisi duduk dengan lutut mengarah ke atas. Pada bagian leher dan tubuh memperlihatkan batas pakaian yang dikenakannya dan kalung manik-manik yang berbentuk heksagonal. Tangan kanannya sedang memeluk seorang anak. Ukuran arca panjang 153 cm, lebar 99 cm, dan tinggi 123 cm.

Arca Babi Hutan
Arca terletak sekitar 50 meter arah barat daya dari arca manusia. Arca berupa batu berbentuk oval dengan pahatan seekor babi hutan. Tampaknya arca belum selesai dikerjakan sempurna. Beberapa bagian yang terlihat jelas adalah bagian kepala, telinga, moncong, mata, taring, ekor, dan kaki. Arca berukuran panjang 337 cm, lebar 148 cm, dan tinggi 96 cm.


Tinggihari II
Lokasi Tinggihari II terletak sekitar 900 meter atau sebelah barat daya dari Tinggihari I. Luas lokasinya 110 meter persegi dan dibatasi dengan pagar kawat. Temuannya sebagai berikut :

Arca Manusia
Arca manusia ini meng-gambarkan seorang wanita dalam posisi duduk sedang menggendong anak kecil. Bagian leher mengenakan kalung manik-manik berbentuk heksagonal dan diakhiri dengan hiasan berbentuk bulat dibagian belakang-nya. Pada tangan kanan dan kiri mengenakan gelang yang tampaknya terbuat dari logam. Ukuran arca tinggi 196 cm, tebal 136 cm, dan lebar 145 cm.

Batu Tegak
Batu tegak berjumlah satu buah yang terletak di sisi kanan situs. Batu berukuran 79 cm, lebar 74 cm, dan tebal 41 cm.

Batu Datar
Batu terletak di dekat arca manusia berukuran panjang 120 cm, lebar 144 cm dan tebal 180 cm.

Lumpang Batu
Batu berjumlah 2 buah yang masing-masing berjumlah 1 dan 2 lubang. Lokasinya lumpang saling berdekatan.


Tinggihari III
Lokasi Tinggihari III berjarak sekitar 1,2 km ke arah selatan dari lokasi Tinggihari II. Luas kompleks berukuran 19.200 meter persegi yang dibatasi oleh pagar kawat. Temuan-temuannya antara lain :

Arca Manusia
Arca manusia berjumlah dua buah. Arca manusia ini digambarkan dalam posisi jongkok. Tanda-tanda yang dimiliki arca antara lain tangan kiri mengapit nekara perunggu, kepala memakai topi (helm), kalung manik-manik de-ngan bentuk liontin di bagian leher.

Batu Tegak
Batu tegak terdapat dalam bentuk kelompok yang berjumlah 2, 3 dan 4 buah dengan membentuk segi empat. Batu yang semacam itu sekurangnya terdapat 30 kelompok.

Batu Datar
Batu datar ini terletak dekat arca manusia dan sebuah batu tegak yang cukup besar dalam kondisi roboh.

Menhir Berelief
Menhir berbentuk silinder dengan goresan yang menggambarkan manusia dengan kedua tangan menengadah ke atas. Menhir berukuran 148 cm dan diameter 57 cm.
Share:

2 komentar:

buJaNG mengatakan...

Hi salam kenal... Betah kalau baca2 yang seperti ini

jelajahsitus mengatakan...

Terima kasih

Profile

Foto saya
AGUS SUDARYADI, arkeolog yang bekerja di Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi Wilayah Kerja Prop. Jambi, Sumsel, Bengkulu, dan Kep. Bangka-Belitung yang sering melakukan Jelajah Situs dalam rangka Pelestarian Cagar Budaya. Menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Situs adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Pekerjaan tersebut memberikan saya kesempatan untuk menjelajahi pelosok negeri di Propinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka-Belitung. Pelosok karena lokasi yang kami datangi kebanyakan berada di luar kota, bahkan sampai masuk hutan. Maklum Cagar Budaya atau Diduga Cagar Budaya yang saya tuju sekarang berada di daerah yang jauh dari kota. Kegiatan yang memerlukan stamina dan mental yang kuat adalah dalam rangka pelestarian Cagar Budaya Bawah Air. Saya telah mengikuti pelatihan Arkeologi Bawah Air di dalam dan luar negeri, antara lain Makassar Sulsel, Pulau Bintan Kepri, Tulamben Bali, dan Karimunjawa Jateng serta Thailand dan Sri lanka.

Popular Posts

Recent Posts

Pages