Pendahuluan
Temuan arkeologis seringkali ditemukan secara
tidak sengaja oleh penduduk pada saat menggali tanah. Dalam hal ini mereka sangat berjasa dalam
upaya mengungkap kehidupan manusia. Namun akibat penggalian menyebabkan temuan menjadi rusak. Ditambah
pula dengan kondisi temuan yang telah
rapuh setelah terpendam di dalam tanah selama ribuan tahun. Hal itu terjadi juga pada
penemuan
kubur tempayan di Desa Panca
Mulya. Penduduk yang sedang menggali tanah untuk menimbun bahu jalan yang
selesai diperkeras dengan coran semen menemukan tempayan. Syukurlah penggalian
dihentikan setelah mereka menyadari temuan adalah tinggalan sejarah.
Peninjauan temuan kubur tempayan mendapatkan apresiasi yang baik
dari warga yang ingin mengetahui lebih lanjut dari temuan tersebut. Di lokasi
galian masih terdapat dua tempayan yang berbeda ukuran dengan kondisi bagian
atas telah pecah. Sementara yang telah diangkat warga berupa dua tempayan yang
juga berbeda ukuran dengan kondisi tempayan yang terkecil masih memperlihatkan
bentuknya karena hanya pecah menjadi tiga bagian dan satu lainnya pecah dengan
satu sisi yang berukuran besar dan sisi lainnya pecah berkeping-keping. Selain
tempayan juga ditemukan alat yang terbuat dari logam diduga besi berbentuk
senjata golok atau parang. Temuan lainnya pecahan batu yang tidak diketahui
bentuknya.
Penemuan kubur tempayan tersebut merupakan data yang sangat penting
dalam rangka merangkai sejarah kuno Jambi. Temuan kubur tempayan menambah
jumlah situs yang ada di Provinsi Jambi. Berdasarkan lokasinya dibedakan
menjadi di dataran rendah dan dataran tinggi. Situs kubur tempayan di dataran
rendah adalah Situs Lebak Bandung, Kota Jambi. Sedangkan Situs kubur tempayan
di dataran tinggi berada di daerah Serampas dan Kerinci antara lain Situs Renahkemumu, Situs Muak, Situs Lologedang serta Situs Siulaktenang
di Kabupaten Kerinci. Situs Penguburan mendapatkan tempat yang penting dalam
penelitian arkeologi karena banyak aspek yang mungkin dapat diungkapkan seperti
teknologi, ekonomi, social, dan kepercayaan. Sehubungan dengan temuan kubur
tempayan di Desa Panca Mulya yang selanjutnya disebut Situs Kubur Tempayan
Sungai Bahar perlu direncanakan langkah-langkah pelestariannya segera agar pada
saat dilakukan penelitian nantinya benda-benda temuan tidak hilang dan
lokasinya tidak rusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Letak dan Lingkungan
Lokasi temuan secara administrasi terletak di Desa
Panca Mulya, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi,
Provinsi Jambi. Sedangkan secara astronomis terletak di
02o12’06.4” LU dan 101o 32’36.8 BT dengan ketinggian 21 meter di atas permukaan air laut (mdpl).
Temuan berada di pemukiman
yang merupakan daerah transmigrasi yang umumnya berasal dari Pulau Jawa. Adapun
pemilik tanah lokasi adalah Bapak Bustami Nasution yang lebih sering tinggal di
Kota Jambi. Luas tanahnya memanjang orientasi Barat-Timur berukuran 20 x 100 meter.
Rumah Bapak Bustami berupa rumah dengan dinding kayu dan beratap seng. Rumah
ini dibangun dengan terlebih dahulu meratakan tanah yang mempunyai kemiringan
ke Utara. Perataan tanah tersebut menghasilkan tebing di sebelah Selatan dan
Barat.
Lokasi dapat ditempuh dari
Kota Jambi melalui dua pilihan, yaitu melalui Simpang Pete atau Simpang Gudang. Perjalanan melalui Simpang Pete dari Kota Jambi dengan mengarah
ke Daerah Tempino di mana di sana terdapat simpang tiga yang menuju Kota
Palembang atau Kota Muarabulian. Pilih yang arah Kota Muara Bulian dan akan
bertemu dengan Simpang Pete di sebelah kiri jalan yang merupakan jalan pertamina dimana terdapat sumur-sumur minyak.
Kondisi jalannya berupa tanah yang keras pada saat musim kemarau dan licin pada
musim hujan. Di sepanjang jalan akan
bertemu dengan banyak persimpangan menuju sumur minyak, maka pilihlah jalan
yang dilalui warga menuju desa ditandai oleh jalan beraspal. Selama perjalanan
akan menemukan jalan dengan kondisi tidak beraspal. Informasi yang didapat
kemudian setelah berada di lokasi temuan kubur tempayan bahwa jalan tersebut
merupakan jalan yang tidak lagi dilalui banyak orang karena telah ada jalan
yang lebih mulus dari arah jalan lintas Sumatera Jambi-Palembang.
Pilihan kedua untuk menuju lokasi adalah melalui jalan lintas
Sumatera hingga bertemu dengan Simpang
Gudang di Desa Suka Damai. Lokasi jalan berada di sebelah kanan jalan. Jalannya beraspal dengan hanya sedikit kerusakan
hingga Simpang Nyogan. Pilih jalan ke kiri yang menuju Sungai Bahar hingga
bertemu dengan Kantor Kepala Desa Berkah. Sekitar 200 meter melewati kantor
kepala desa terdapat belokan di sebelah kiri menuju Desa Panca Mulya. Ikuti
jalan tersebut dan akan menemui deretan pohon sawit di kanan dan kiri jalan. Setelah
sekitar 30 menit akan tiba di Desa Panca Mulya dan bertemu sebuah kolam atau
danau belok kiri dan kemudian kembali belok kiri. Selanjutnya akan tiba di RT.
06 Desa Panca Mulya dimana lokasi temuan kubur tempayan berada.
Jenis Temuan
Menurut cerita Bapak Budi
Utomo (48 tahun) sebagai Ketua RT 06, penemuan terjadi pada saat
dilakukan penggalian tanah untuk menimbun bahu jalan
yang baru dibangun. Penemuan terjadi hari Minggu, tanggal 30 Juni 2019 setelah
menggali tebing tanah di tanah milik Bapak Bustami. Tanah milik Bapak Bustami
berada dilereng sebelah Timur Laut. Dikarenakan kondisi permukaan tanah yang
demikian maka dilakukan perataan tanah sebelum membangun rumah yang terbuat
dari dinding kayu dan atap seng. Perataan tanah menghasilkan adanya tebing
dibagian Selatan dan Barat. Tebing di sebelah Selatan dengan ketinggian sekitar
2 meter. Pada tebing itulah penduduk yang
bergotong royong menggali tanah untuk menimbun jalan yang baru dibangun
menemukan tempayan dan alat dari logam yang diduga besi berupa parang atau
golok serta pecahan batu yang tidak diketahui bentuknya semula.
Temuan tersebut hanya diketahui oleh masyarakat dan baru diketahui
oleh Staf Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi tiga hari kemudian setelah mendapat
kiriman foto dari Ibu Nina Nurlina yang
bertugas sebagai Pendamping Lokal Desa (PLD) di Kabupaten Sarolangun. Beliau
pun dapat informasi dari Ibu Nur Irawati yang bertugas sebagai Tenaga
Pendamping Lokal Desa di Kecamatan Sungai Bahar.
Setelah mendapat kiriman foto tentang temuan tempayan dan mengontak
kepada Ibu Nur Irawati serta dilanjutkan dengan melaporkan kepada pimpinan maka
diperintahkan untuk meninjau lokasi. Setelah menyiapkan peralatan maka dilakukan perjalanan
untuk lokasi temuan tempayan. Pada saat perjalanan dilakukan kontak dengan Ibu
Nur Irawati untuk memastikan perjalanan tidak salah arah. Setelah waktu selama
2 jam akhirnya terjadi pertemuan di Kantor Kepala Desa Berkah dan pembicaraan beberapa menit. Perjalanan menuju
lokasi dilanjutkan dengan mengikuti laju kendaraan Ibu Nur Irawati ke Desa
Panca Mulya. Setelah Kantor kepala Desa Berkah sekitar 200 meter belok ke kiri
dan mengikuti jalan yang beberapa saat melalui perkebunan sawit hingga tiba di
kolam/danau dan bertemu dengan Bapak Budi Utomo selaku ketua RT 06 yang
menyimpan temuan. Selanjutnya menuju Kantor Kepala Desa Panca Mulya untuk memperkenalkan diri dan menyampaikan
maksud dan tujuan. Bapak Kepala desa berbaik hati mengantar ke lokasi. Beberapa
pegawai kantor desa yang belum ke sana juga ikut pergi.
Lokasi temuan berada tepat di ujung jalan yang baru dibangun terbuat
dari coran semen atau di samping rumah yang berada di kiri jalan yang baru
dicor. Di depan rumah mengalir sungai kecil yang mengalir ke arah Utara. Dengan
berjalan kaki menyeberangi jembatan kayu dan mengarah kesamping rumah tibalah
pada sebuah dinding tanah yang hampir 90 derajat dengan ketinggian sekitar 2
meter. Dinding tersebut terbentuk karena dilakukan perataan tanah untuk
pendirian sebuah rumah. Tidak tampak adanya tempayan yang masih terkubur. Atas
inisiatif penduduk dilakukan penggalian untuk memperlihatkan tempayan yang
masih terkubur. Tampaklah dua tempayan dalam kondisi bagian atas telah hilang
berjajar Barat-Timur. Kedua tempayan terlihat berbeda ukuran. Posisinya tepat
berada di permukaan tanah paling bawah dari tebing tersebut. Pada dinding tanah
tidak terlihat adanya lapisan tanah (stratigrafi) yang menandakan tidak pernah
terjadi sedimentasi. Pada awalnya diduga tempayan tersebut dikuburkan sedalam 2
meter berdasarkan ketinggian permukaan tanah paling atas. Tetapi setelah
diamati ternyata warna tanah hanya menunjukkan satu warna tanah saja, yaitu
warna coklat kekuningan. Tidak tampak bekas galian pada saat proses penguburan
dahulunya. Diperkirakan sebelumnya tempayan tersebut tidak terkubur dalam, tetapi
dengan terjadi proses erosi maka kemudian tertimbun. Diperkuat dengan posisi
tempayan yang berada di lereng yang miring ke Utara. Penelitian lebih lanjut
diharapkan akan mengungkap hal tersebut. Dengan kondisi temuan yang berada di
dasar tebing setinggi 2 meter jelas akan menyulitkan ekskavasi (excavation) guna menemukan tempayan yang
mengarah ke Selatan dari tebing.
Setelah melakukan pengamatan terhadap temuan dan lingkungannya
dilanjutkan dengan temuan lepas yang disimpan ketua RT. 06. Dikarenakan
sebelumnya telah mengetahui kedatangan tim, maka temuan telah ditempatkan
dipinggir jalan berupa pecahan tempayan, alat dari logam yang diduga besi di
dalam ember, dan alat batu. Terhadap temuan dilakukan pendokumentasian dan
pengukuran. Terakhir disampaikan kepada Ketua RT yang menyimpannya agar
menjaganya sebelum dilakukan serah terima kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya
Jambi.
a. Tempayan
Pecahan tempayan berasal dari dua buah tempayan yang berbeda ukuran.
Pecahan pertama telah pecah menjadi tiga bagian berukuran diameter dasar 40 cm,
diameter atas 35 cm, dan tingginya 27 cm. tempayan kedua dalam kondisi pecah
berkeping-keping berjumlah 59 keping. Salah satu pecahan masih menyisakan
sekitar separuh dari atas hingga bawah. Tempayan mempunyai ketebalan sekitar 1
cm. Kondisinya sangat rapuh sehingga memerlukan kehati-hatian pada saat
memegangnya.
b. Benda Besi
Temuan lainnya diduga benda terbuat dari besi berupa senjata parang
atau golok yang agak utuh dan potongan berjumlah tujuh buah. Benda-Benda tersebut
dalam kondisi dilapisi oleh tanah yang telah mengeras. Penduduk yang menemukan
pernah berupaya untuk membersihkan dengan memberinya minyak tanah. Benda pertama
yang terlihat masih utuh panjangnya 38
cm, lebar ujungnya 5 cm, dan lebar pangkalnya 2,5 cm. Benda kedua panjangnya 21
cm, lebar ujungnya 3 cm, dan lebar pangkalnya 2 cm. Benda ketiga panjangnya 19
cm, lebar ujungnya 5 cm, dan lebar pangkalnya 3 cm. Benda keempat panjangnya 15
cm, lebar ujungnya 25 cm, dan lebar pangkalnya 2 cm. Benda kelima panjangnya 15
cm, lebar ujung dan pangkalnya 5 cm. benda keenam panjangnya 14 cm dan ujung
pangkalnya 8 cm. Benda ketujuh diperkirakan patahan dengan Panjang 5 cm, lebar
ujung 2 cm, dan lebar pangkalnya 1,5 cm. A
c. Alat Batu
Alat yang terbuat dari batu tidak diketahui lagi bentuknya. Tiga
buah yang ada merupakan patahan karena masing-masing mempunyai satu sisi bekas
patahan. Dua buah batu panjang 6 cm dan satu buah batu panjangnya 4 cm.
Kubur Tempayan di Jambi
Provinsi Jambi yang secara geografis mempunyai bentang alam
berupa dataran rendah dan dataran tinggi mempunyai peninggalan arkeologi yang cukup banyak, antara
lain dari masa Prasejarah. Masa prasejarah untuk menyebut masa sebelum dikenalnya tulisan. JC Thomson (1816) menggolongkan ke
dalam Zaman Batu (Stone Age) dan
Zaman Perunggu dan Besi (Bronze Iron Age).
Zaman Batu terdiri dari Masa Paleolitik, Mesolitik, dan Neolitik. Sedangkan menurut RP. Soejono terdiri dari
Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Rendah, Masa Berburu dan
Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut,
Masa Bercocok Tanam, dan Masa Perundagian
Daerah dataran
tinggi Serampas dan Kerinci
telah menarik minat peneliti baik dari dalam maupun luar negeri dalam
rangka mengungkap kehidupan manusia lampau.
Pada tahun 1939 Van der Hoop berhasil mengumpulkan temuan permukaan
berupa alat serpih obsidian di sekitar Danau Gadang Estate di dekat Danau
Kerinci. Peneliti yang bernama Van
Heekeren menyatakan alat serpih yang ditemukan berukuran lebih besar daripada
alat serpih dari gua-gua di Merangin. Sedangkan menurut Soejono, alat serpih
tersebut termasuk mikrolit, tetapi bentuknya tidak geometris seperti alat
mikrolit pada umumnya dan berasal dari masa berburu tingkat lanjut. Hasil
ekskavasi Bagyo Prasetyo (1994) di Bukit Talang Pulai dan Dominik Bonatz (2003)
di Pondok menemukan banyak tinggalan
yang berupa pecahan tembikar.
Temuan arkeologis yang khas dan tidak terdapat di
daerah di Indonesia adalah batu besar yang berbentuk silinder yang dinamakan
Batu Silindrik. Penduduk lokal menyebutnya dengan bermacam sebutan antara lain
Batu Larung, Batu Meriam, Batu Bedil, Batu Patah, dan Batu Gong. Batu yang
demikian sampai saat ini telah diketahui berjumlah 20 buah dengan 8 buah diantaranya terdapat di Kabupaten Kerinci,
yaitu di Desa Kumun Mudik, Pulau Sangkar, Pondok, Muak, Bukit Talang Pulai,
Lolo Gedang, Lolo Kecil, dan Lempur Mudik. Penelitian dalam rangka mengungkap
keberadaan batu larung telah berhasil pula menemukan puluhan kubur tempayan di Desa Renah
Kemumu. Hasil analisis C-14 terhadap sample arang yang ditemukan di dalam
tempayan menghasilkan pertanggalan 810 ± 120 BP (1020 – 1260 M).
Temuan kubur tempayan di Desa Panca
Mulya pada hari Minggu, 30
Juni 2019 menambah daftar situs kubur
tempayan di Provinsi Jambi. Situs kubur tempayan yang
pernah dilakukan penelitian, yaitu Situs Lebakbandung di Kota Jambi pada tahun 1996,
1997, dan 1999, Situs Renahkemumu tahun
2005, Situs Muak tahun 2007, Situs Lologedang tahun 2008 serta Situs Siulaktenang tahun 2014 di Kabupaten
Kerinci. Hampir sebagian besar situs tidak terdapat tulang manusia dan mengandung temuan bekal kubur. Hal itu kemungkinan disebabkan tulangnya telah
terurai menjadi tanah. Penemuan tulang manusia pada umumnya ditemukan pada lingkungan tanah yang berpasir seperti di Situs Muarabetung dan Sentang di Sumatera Selatan. Sementara di lingkungan tanah lempung seperti di Kunduran, Renah Kemumu, dan Lolo Gedang lebih cepat terurai. Pada kasus temuan yang terbaru ini bekal kubur berupa benda yang diduga dari besi berupa parang atau golok. Bekal kubur merupakan yang benda yang dimiliki oleh si mayat selama hidupnya atau benda-benda untuk keperluan si mayat di alam berikutnya.
-->
Penemuan Kubur tempayan di Desa Panca Mulya yang jauh dari pesisir
menandakan bahwa pedalaman Jambi bukan merupakan tanah yang tidak berpenghuni.
Masyarakat hidup di lingkungan yang berupa hutan dengan berbagai jenis bintang
yang hidup didalamnya dan hulu sungai yang menyediakan air dan sumber
makanan berupa ikan dan kerang air tawar. Berburu, menangkap ikan, dan bercocok
tanam menjadi aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada saat
terjadi kematian dikuburkan dengan
menggunakan tempayan. Diperkirakan
kehidupan mereka sebelum Agama Budha yang menyebar di Sumatera dimulai abad 7 Masehi atau masa dimana masyarakat
sepanjang aliran sungai hingga pesisir pantai telah menganut Agama Budha,
karena pemukiman mereka dipedalaman, maka belum tersentuh oleh ajaran
Budha.
Penguburan masa Prasejarah di Indonesia terdiri dari penguburan
secara langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder). Proses penguburannya
dilakukan dengan menggunakan wadah atau tanpa wadah. Situs kubur tempayan
merupakan sebidang lahan yang digunakan sebagai lokasi penguburan dan memiliki
ciri tempayan sebagai wadah untuk menempatkan mayat. Jenis gerabah berbentuk
tempayan memiliki rongga dengan daya muat cukup besar untuk menyimpan bahan
makanan dan minuman, bahkan di beberapa situs arkeologi sisa tulang manusia
atau rangka dalam posisi jongkok dimasukkan ke dalam tempayan. Penguburan
menggunakan tempayan dimaksudkan agar arwah orang yang meninggal mempunyai
tempat tinggal yang tetap setelah berada di alam arwah dan tidak mengganggu orang
masih hidup.
Situs kubur merupakan bagian dari suatu daerah kegiatan (activity area) tempat dilakukan penguburan berulang dan membentuk suatu struktur kegiatan yag menggambarkan suatu unit sosial dari kelompok sosial tertentu dalam suatu sistim pemukiman. Dalam hal ini data kubur secara keseluruhan dapat dianggap mewakili suatu kelompok sosial tertentu. Pada dasarnya penguburan yang dilakukan pada tempat tertentu merupakan kegiatan yang tidak hanya sekedar menempatkan dan menimbun mayat di dalam tanah, dalam kegiatan penguburan tersebut juga terkandung nilai-nilai serta simbol-simbol tertentu yang biasanya akan mencerminkan corak budaya yang ada pada saat itu.
Situs kubur merupakan bagian dari suatu daerah kegiatan (activity area) tempat dilakukan penguburan berulang dan membentuk suatu struktur kegiatan yag menggambarkan suatu unit sosial dari kelompok sosial tertentu dalam suatu sistim pemukiman. Dalam hal ini data kubur secara keseluruhan dapat dianggap mewakili suatu kelompok sosial tertentu. Pada dasarnya penguburan yang dilakukan pada tempat tertentu merupakan kegiatan yang tidak hanya sekedar menempatkan dan menimbun mayat di dalam tanah, dalam kegiatan penguburan tersebut juga terkandung nilai-nilai serta simbol-simbol tertentu yang biasanya akan mencerminkan corak budaya yang ada pada saat itu.
Kubur tempayan di Indonesia diperkirakan berlangsung dari masa
neolitik sampai awal masehi. Situs Kubur tempayan ditemukan antara lain di Jawa,
Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara Timur, yaitu dan Anyer Lor, Pelawangan, Muarabetung,
Kunduran, Gilimanuk, Bon Dalem, Melolo, Lewoleba, Lambanapu, dan Waibau. Sebagian
besar kubur tempayan berisikan sisa manusia dari berbagai usia dengan jenis
kelamin pria dan wanita. Biasanya yang berusia muda dalam tempayan dikuburkan
secara primer dan sekunder. Sementara hampir sebagian besar usia dewasa
dikuburkan secara sekunder dalam tempayan. Kubur tempayan ditemukan juga di
Serawak, Filipina, dan Vietnam. Demikian luasnya sebaran kubur tempayan, maka
penelitian kubur tempayan mempunyai nilai strategis untuk mengungkapkan proses
sebaran dan perkembangan budaya penutur Austronesia.
Penutup
Temuan kubur tempayan di Desa Panca Mulya, Kecamatan Sungai Bahar,
Kabupaten Muaro Jambi terjadi pada saat dilakukan penggalian tanah dalam rangka
menimbun bahu jalan yang selesai dibangun. Temuan berupa empat tampayan yang
dua tempayan masih terpendam dalam tanah dan dua tempayan yang telah diangkat
dalam kondisi pecah, alat yang diduga terbuat dari besi berupa parang atau
golok, serta alat batu. Lokasinya berada di tanah milik Bapak Bustami Nasution
yang berukuran 20 x 100 meter. Tanah milik Bapak Bustami ini berada permukaan
tanah yang miring Utara dan telah diratakan hingga terbentuk tebing yang
tingginya sekitar 2 meter. Pada dasar tebing itulah ditemukan kubur tempayan.
Hasil peninjauan menunjukkan bahwa diperkirakan dahulunya kubur
tempayan tersebut tidak terpendam sedalam sekitar 2 meter. Proses alam yang
berupa erosi diduga menjadi penyebab tertimbunnya. Dugaan itu berdasarkan
lapisan tanah (stratigrafi) yang tidak menunjukkan adanya penggalian untuk menguburkan
tempayan sedalam 2 meter serta keberadaan tempayan yang berada di lereng bukti
yang memungkin terjadinya penimbunan akibat erosi. Posisi temuan yang berada
tepat di dasar tebing akan cukup merepotkan dilakukannya ekskavasi yang
menggunakan sistem kotak. Penggalian ke arah Selatan untuk menemukan tempayan
lainnya akan mengharuskan penggalian sedalam 2 meter agar sama dalamnya dengan
tempayan yang sebelumnya ditemukan.
Berdasarkan temuan kubur tempayan tersebut, maka dapat diketahui
bahwa Desa Panca Mulya telah dihuni ribuan tahun yang lalu dari masa Neolitikum. Manusia yang hidup pada masa itu, baik yang tinggal di
dataran rendah maupun dataran tinggi di Situs Lebakbandung, Situs Remahkemumu, Situs Muak, Situs Lologedang, dan Situs Siulaktenang menjalankan sistem
penguburannya dengan menggunakan tempayan.
Dalam rangka pelestarian terhadap temuan benda-benda dan lokasinya,
maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Benda-benda yang ditemukan
berupa pecahan tempayan, alat yang diduga terbuat dari besi, dan alat dari batu
diupayakan untuk dilakukan serah terima kepada pemerintah (BPCB Jambi) untuk
perawatan dan pengamanannya agar tidak hilang dan rusak lebih parah lagi. Acara
serah terima dilakukan dengan disaksikan oleh Kepala Desa dan masyarakat
setempat. Perlu juga dilakukan selamatan (doa Bersama) untuk menghilangkan
kekhawatiran dari warga akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Kegiatan penelitian arkeologi
harus segera dilakukan untuk mengungkap lebih jauh mengenai keberadaan kubur
tempayan di Desa Panca Mulya mengingat sangat pentingnya data yang terkandung
di dalamnya dan terutama dalam rangka upaya pelindungan, pengembangan, dan
pemanfaatannya.
Daftar Pustaka
Aziz, Fadhila Arifin, 1998,
“Karakteristik da Sebaran Situs Kubur Tempayan di Asia Tenggara Daratan dan
Kepulauan, Kawasan Asia Tenggara”, Berkala
Arkeologi Tahun XVIII Edisi No. 2/November 1998
Marhaeni
SB., Tri, 2008, Laporan
Penelitian Kubur
Tempayan Di Situs Lolo Gedang, Kerinci, Jambi, Balai Arkeologi Palembang
Marhaeni
SB., Tri, 2011, Laporan
Penelitian Arkeologi
Kubur Tempayan Di Desa Muak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Balai Arkeologi Palembang
Santoso Soegondo, 1996, “Fungsi dan
Peranan Gerabah Dalam Penguburan Prasejarah”, Pertemuan Ilmiah Arkeologi VII, Cipanas, 12-16 Maret 1996
Suharno, Ignatius, 1997, Ekskavasi Penyelamatan Temuan Tempayan
Kubur Situs Lebakbandung, Kecamatan Jelutung, Kotamadia Jambi, Provinsi Jambi,
Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu
Sunarto, Edy, 1996, Hasil Ekskavasi Penyelamatan Situs Lebakbandung,
Kecamatan Jelutung, Kotamadia Jambi, Provinsi Jambi, Suaka Peninggalan
Sejarah dan Purbakala Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu
Sunarto, Edy, 1997, Ekskavasi Penyelamatan Temuan Tempayan
Kubur Situs Lebakbandung, Kecamatan Jelutung, Kotamadia Jambi, Provinsi Jambi,
Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu