Ini merupakan kali kedua saya melakukan penyelaman di Pantai Tulamben, Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali. Pengalaman pertama kali menyelam pada tahun 2005 dengan kejadian terbaliknya mobil yang dibawa dari Jambi setelah kegiatan selesai. Pada peristiwa itu mengakibatkan korban luka parah termasuk saya yang menderita patah tulang selangka dan korban jiwa dengan meninggalnya Bapak Gede Kartu yang saat itu sedang menyetir.
Penyelaman di Pantai Tulamben sekarang dalam rangka mengikuti kegiatan peningkatan kemampuan dan keterampilan pengelolaan peninggalan bawah air di bidang fotografi bawah air. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 26-30 Mei 2008 oleh Direktorat Peninggalan Bawah Air Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Rombongan yang terdiri dari panitia dan peserta mencapai 40 orang berasal dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala se Indonesia kecuali Aceh, Balai Arkeologi Yogyakarta, dan Dinas Pariwisata Kabupaten Selayar. Kegiatan pelatihan semacam ini telah saya ikuti setiap tahun sejak tahun 2003. Saya rasakan bahwa dengan adanya latihan seperti itu menambah pengetahuan kerja bawah air dan terutama menambah kemampuan selam. Perasaan takut dan was-was setiap akan menyelam semakin berkurang.
Pantai Tulamben merupakan lokasi penyelaman yang terkenal di Bali. Saya melihat banyak turis mancanegara yang menyelam. Di sana terdapat kapal tenggelam (ship wreck) USAT Liberty milik Amerika. Kapal itu adalah sebuah kapal perang yang digunakan untuk mengangkut peralatan perang. Pada tanggal 11 Januari 1942 ketika sedang berlayar di Selat Lombok ditorpedo oleh kapal selam Jepang seri I-166. Usaha penyelamatan tidak berhasil dan akhirnya kandas di Pantai Tulamben. Meletusnya Gunung Agung mengakibatkan kapal itu menjadi tenggelam dengan posisi miring di kedalaman antara 6 – 30 meter. Pantai Tulamben cukup unik karena pantainya berbatu koral dan berpasir hitam. Airnya jernih sehingga jarak pandang cukup jauh. Di sekitar ship wreck banyak ikannya, mereka seakan-akan menyambut kedatangan para penyelam.