• Arkeologi Bawah Air

    Negara Indonesia adalah negara yang besar dengan wilayah lautannya lebih luas daripada daratannya. Potensi lautannya menyimpan kekayaan peninggalan warisan bawah air yang sangat besar.

  • Arkeologi Islam

    Masjid Jamik telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.10/PW.007/MKP/2004 tanggal 3 Maret 2004 tentang Penetapan Benteng Marlborough

  • Benteng Marlborough

    Lokasi Benteng Marlborough berdiri kokoh di tepi laut di atas sebuah dataran dengan ketinggian lebih kurang 8,5 meter di atas permukaan laut (dpl).

  • PELESTARIAN BENDA CAGAR BUDAYA: DAHULU DAN SEKARANG

    PendahuluanBangsa Indonesia yang memproklamirkan kemerdekaannya pada Tanggal 17 Agustus 1945 mempunyai latar sejarah yang sangat panjang, dimulai dari masa Prasejarah sampai dengan masa kolonial.

MAKAM BELANDA (Kerkhof) di Kota Pangkalpinang


Pendahuluan
Pulau Bangka kedatangan bangsa Eropa di mulai pada masa VOC sekitar abad 17 Masehi. Selanjutnya dengan ditemukannya kandungan timah pada tahun 1710 menjadi awal eksplorasi timah di Bangka. Berkembangnya pertambangan timah di Bangka memerlukan tenaga yang tidak sedikit. Kebutuhan tenaga kerja telah mendorong didatangkannya tenaga-tenaga dari Cina sebagai pekerja tambang. Tahun 1755 sebagai awal kedatangan pekerja Cina ke Bangka. Kekuasaan Belanda atas Bangka sempat terhenti tahun 1812-1816 ketika Inggris dapat mengalahkan Perancis dimana pada waktu itu Belanda dikuasai oleh Perancis. Namun berdasarkan perjanjian London (The Treaty of London) yang terjadi pada tahun 1814, maka daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda, termasuk Bangka dikembalikan lagi kepada Belanda. Pengaruh Eropa yang dibawa oleh Inggris dan Belanda masih dapat dilihat sampai sekarang yang berupa bangunan-bangunan kolonial.

Masa penguasaan Belanda di Bangka yang berlangsung lama telah meninggalkan bukti-bukti antara lain makam. Tempat pemakaman mereka yang disebut Kerkhof (artinya kuburan dalam Bahasa Belanda) dapat dijumpai di Kota Pangkalpinang, Sungailiat, Belitung, dan Mentok. Nasib kerkhof-kerkhof tersebut kondisinya cukup memprihatinkan dan terancam untuk digusur. Nasib tragis telah dialami oleh kerkhof di Mentok yang hanya menyisakan tugu dan telah menjadi sebuah lorong yang bernama Lorong Kerkhof.

Kerkhof di Kota Pangkalpinang sendiri telah mendapat perhatian, terlihat dari beberapa kegiatan yang pernah dilakukan oleh BP3 Jambi (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi) dan Balar Palembang (Balai Arkeologi Palembang). Pada tahun 1996 dilakukan Pendokumentasian dan Survei Situs dan Benda Cagar Budaya di Kabupaten Bangka dan Kota Pangkalpinang. Berdasarkan survei diketahui bahwa telah banyak makam-makam yang rusak oleh tangan-tangan jahil, antara lain hilang dan pecahnya nisan-nisan yang terbuat dari marmer dan vandalisme yang berupa coretan-coretan dengan menggunakan cat semprot. Selain itu dari informasi juga diketahui bahwa beberapa makam telah dipindahkan oleh keluarganya ke tempat lain. Diperkirakan makam-makam tersebut berasal dari tahun 1902 sampai dengan tahun 1950-an.

Pada tahun 1998 dilakukan Pemotretan Situs dan Benda Cagar Budaya di Kecamatan Mentok dan Kotamadya Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Provinsi Sumatera Selatan. Pada tahun yang sama Balar Palembang melakukan Survei Tinggalan Arkeologi Kolonial di Pulau Bangka. Pada tahun 2003 dilakukan kegiatan Inventarisasi Benda Cagar Budaya di Kabupaten Belitung dan Pemantauan Pemeliharaan di Provinsi Bangka-Belitung. Pelestarian Kerkhof juga dilakukan dengan pemagaran dan penempatan juru pelihara. Namun dari semua kegiatan yang telah dilaksanakan itu belum ditindaklanjuti dengan kegiatan fisik seperti perbaikan makam dan penataan lingkungan pemakaman. Hal itu disebabkan belum adanya data yang lengkap. Selanjutnya untuk kelengkapan data tersebut dilakukanlah kegiatan Pemetaan, Penggambaran, dan Inventarisasi Makam Belanda (Kerkhof) di Kota Pangkalpinang.

Letak dan Lingkungan
Makam Belanda atau penduduk menyebutnya Kerkof atau Pendem Belanda secara administratif terletak di Jalan Hormen Maddati yang dahulunya bernama Jalan Sekolah, termasuk Kelurahan Melintang, Kecamatan Rangkui, Kota Pangkalpinang. Lokasi tepatnya berada di persimpangan Jalan Solihin GP dan Jalan Hormen Maddati. Secara astronomis terletak pada 02o07’971” Lintang Selatan dan 106o06’475” Bujur Timur.

Keletakan makam cukup jauh dari pusat kota atau sekitar rumah residen yang merupakan pemukiman Belanda pada masa itu. Dahulunya makam Belanda berlokasi di daerah pinggiran dan menempati tanah yang cukup luas. Namun selanjutnya terjadi pengurangan luasnya yang disebabkan pemukiman. Pemukiman itu juga menyebabkan dibongkarnya sejumlah makam. Hasil pemetaan terhadap tanah yang masih tersisa adalah 2.117,88 m2. Lingkungan makam dan sekitarnya telah dibatasi dengan pagar tembok yang dibangun pada tahun 1997. Bentuk pagar dibuat sederhana karena dimaksudkan hanya untuk pengamanan dari lingkungan sekitarnya.

Makam ini sekarang terletak di pemukiman yang yang cukup padat. Pada sisi timur dan selatan berbatasan dengan perumahan penduduk. Penduduk sekitarnya tampak kurang menjaga kebersihan, yaitu dengan membuang sampah ke dalam pemakaman. Selain itu di sisi utara menjadi tempat berjualan pedagang kaki lima dan bengkel motor. Bahkan bengkel tersebut membuat bangunan yang masuk ke dalam pemakaman. Hal-hal itu menyebabkan kotornya lingkungan pemakaman karena pembuangan sampah yang sembarangan.

Makam Belanda

Makam Belanda merupakan satu dari sekian banyak bukti sejarah yang terdapat di Kota Pangkalpinang. Keberadaan makam ini erat kaitannya dengan kehidupan orang-orang asing yang pernah hidup dan tinggal di masa sebelum Kemerdekaan. Pada tahun 1813 ketika Inggris berkuasa di Bangka, Inggris (East India Company) menjadikan Pangkalpinang salah satu distrik dari tujuh distrik eksplorasi timah selain Jebus, Klabat, Sungailiat, Merawang, Toboali, dan Belinyu. Sejak itu Pangkalpinang mulai terkenal sebagai Kota Timah dan kota kecil pusat kegiatan perdagangan dan jasa di Pulau Bangka. Pada masa kemudian, Belanda menjadikan Pangkalpinang sebagai basis kekuatan militer untuk menumpas perlawanan Rakyat Bangka. Berikutnya Belanda menjadikannya sebagai ibukota Karesidenan Bangka pada Tahun 1913.

Makam Belanda telah menjadi objek wisata sejarah dan budaya Kota Pangkalpinang. Hal itu menjadi modal untuk dimulainya pembenahannya yang selama ini kurang terawat. Kondisi makam cukup kotor dengan sampah-sampah yang dibuang oleh penduduk sekitarnya. Banyaknya pohon yang tumbuh juga menyebabkan banyak ranting atau daun yang berjatuhan. Bahkan terdapat beberapa pohon yang menyebabkan kerusakan pada makam. Kerusakan yang parah terjadi pada makam no. 79. Semak-semaknya juga tumbuh dengan cukup subur. Pembersihan kompleks makam yang dilakukan oleh juru pelihara tampaknya kurang maksimal. Lingkungan yang kotor juga pada bagian luar makam di sekitar pagar keliling. Disana terdapat juga sampah dan tanaman liar.

Makam yang berhasil didata berjumlah 102 makam. Makam-makam mempunyai bentuk dan ukuran yang bermacam-macam. Bentuk makam umumnya berbentuk persegi panjang dan terdiri dari beberapa susunan (undakan). Empat makam diantaranya mempunyai cungkup, yaitu makam no. 36, 44, 47, dan 61. Makam 47 merupakan makam yang cungkupnya paling bagus. Tiga cungkup lainnya mempunyai bentuk yang sama. Bentuk dasar nisan-nisan terdiri dari bentuk segi empat, segi lima dan segi enam. Variasinya berupa bulatan dibagian atas. Orientasi makam mengarah timur laut - barat daya. Arah hadap makam yang berbahasa Belanda dan Bahasa Indonesia menghadap timur laut. Sedangkan makam yang berbahasa Jepang umumnya sebaliknya.

Makam-makam sebagian besar telah mengalami kerusakan. Makam yang masih dalam kondisi baik berjumlah 21 buah (20 %). Makam yang dikategorikan mengalami kerusakan ringan berjumlah 50 buah (49 %) dan kerusakan parah berjumlah 28 buah atau 27 %. Makam yang telah dibongkar berjumlah 2 buah. Pembongkaran makam dilakukan pada bulan Oktober 2004. Selain itu terdapat satu buah prasasti yang tidak diketahui asal lokasinya.

Beberapa makam masih terdapat prasasti yang menyebutkan nama yang dimakamkan, tanggal lahir, tanggal meninggal, dan kalimat-kalimat tertentu. Pada umumnya makam telah hilang pada bagian prasastinya. Makam yang masih mempunyai prasasti berjumlah 30 buah (29 %). Prasasti dituliskan pada marmer, batu andesit, dan dinding. Sistem penulisannya berupa huruf timbul dan huruf dengan cara memahat. Kondisi prasasti telah mengalami kerusakan, antara lain hilang, kotor, ditumbuhi lumut, patah, aus, retak, dan disemprot cat. Nama-nama yang dimakamkan, yaitu 25 berbahasa Belanda, 10 berbahasa Jepang, dan 3 berbahasa Indonesia. Makam yang berbahasa Indonesia dilihat dari namanya berasal dari Indonesia Timur. Berdasarkan angka tahun yang terdapat pada nisan diketahui bahwa makam yang tertua berangka tahun 1800 dan yang termuda berangka tahun 1954. Makam-makam yang berangka tahun lebih tua lokasinya berada di sebelah timur laut. Semakin ke barat, maka makamnya semakin muda. Pada sebuah makam ditemukan adanya dua angka tahun meninggalnya dalam satu makam, yaitu pada makam no. 13 yang berangka tahun meninggalnya (overleden), yaitu 7 Oct. 1800 dan 2 Januari 1902 dengan nama Freetje en Sjarl Bernasco (Lihat Tabel No. 1)

Penutup
Kota Pangkalpinang mempunyai sejarah yang cukup panjang. Hal tersebut dibuktikan oleh peninggalan-peninggalan sejarahnya yang masih dapat kita saksikan sampai sekarang. Bukti-bukti sejarah akan mendukung identitas Kota Pangkalpinang di masa yang akan datang. Sebaliknya kehilangan bukti-bukti sejarah akan mengurangi identitasnya. Sejarah Kota Pangkalpinang tergambarkan dengan jelas antara lain pada sebuah tempat yang bernama Makam Belanda yang dikenal pula oleh masyarakat sebagai Kerkof atau Pendem Belanda. Pada Makam Belanda ini dapat dijumpai beberapa hal yang dapat ditelusuri, yaitu mengenai nama, tanggal lahir dan meninggal, serta asal orang yang dimakamkan. Makam-makam tersebut diletakkan secara teratur dengan suatu barisan. Tampaknya barisan makam di sebelah timur laut berangka tahun lebih tua atau dengan kata lain semakin ke selatan maka makam-makam tersebut berangka tahun lebih muda. Hal itu menandakan bahwa awal pemakaman jenazah di mulai di sebelah timur laut kemudian berkembang ke selatan.

Makam-makam sekarang kondisinya sebagian besar telah mengalami kerusakan. Makam yang masih dalam kondisi baik berjumlah 21 buah (20 %). Makam yang dikategorikan mengalami kerusakan ringan berjumlah 50 buah (49 %) dan kerusakan parah berjumlah 28 buah atau 27 %. Makam yang telah dibongkar berjumlah 2 buah. Pembongkaran makam dilakukan pada bulan Oktober 2004 atas permintaan ahli warisnya untuk dimakamkan kembali di Jakarta. Selain itu terdapat satu buah prasasti yang tidak diketahui asal lokasinya. Agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah, maka perlu dilakukan perbaikan dan pemeliharaan serta perlu dilakukan penataan lingkungannya.


DAFTAR PUSTAKA

Aryandini Novita, dkk.
1998 Laporan Penelitian Arkeologi Survei Tinggalan Arkeologi Kolonial di Pulau Bangka, Balai Arkeologi Palembang

Anonim
Booklet Welcome to Pangkalpinang, Kota Pangkal Kemenangan, Pemerintah Kota Pangkalpinang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Junus Satrio Atmodjo, Drs., dkk.,
1996 Laporan Pendokumentasian dan Survei Situs dan Benda Cagar Budaya di Kabupaten Bangka, Provinsi Sumatera Selatan, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu,

Sri Patmiarsi R., Dra.,
1996 Laporan Pendokumentasian dan Survei Situs dan Benda Cagar Budaya di Kabupaten Bangka, Provinsi Sumatera Selatan, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu,



DAFTAR PRASASTI BERBAHASA BELANDA
DI KERKHOF KOTA PANGKALPINANG


Hier Rust E.K.A Coldenhoff Overleden 11 Nov. Oud 39 Jaren


Hier Rust Onze Jongste Heveling Henk Runschotel Geb. Pangkalpinang 22 - 8 - 20 Overl. 28 - 6 - 21


Hier Rust In Vrede Mev. V. Scholtz Geb. E. Rossmann Overl. 19 - 4 - 1914


Hier Rust Cornelia Suzanna Pijloo Geb. 29 Juli 1915 Overl. 26 November 1915 Jong Gestorven Vroeg Bij God


Franscarel Upielsna Geboren 6.4.11 Overleden 3.5.11


Rust Zacht Mijn Lieve Shaapjes Freetje en Sjarl Bernasco Overl. 7 Oct. 1800 Overl. 2 Jan.1902


Hier Rust Mijn Geliefde Echtgenoot P.W Lensink Oud 44 Jaar Overl. 8 Nov. 1918 …….. is Niet Dood ……. s Slechts Verre …….. is Hij, ……. eten Is


Hier Rust F. Jans Overleden 2 Nov. 1918 Oud 40 Jaren


Hier Rust Mevrouw Selphisma Amanupinnjo Geb. Siamela Oud 40 Jaar Geb. 19 Nov. 1881 Overl. 22 Juni 1922


Hier Rust Herminne, Antoniette, Carolina, Eikema Geboren 6 Mei 1893 Overleden 25 Januari 1907


Hier Rust Lia Gherh Gebr. 9 - 5 - 1886 Overl. 15 Febr. 1951


Hier Rust Vrouwe Irene Mathilde Ehrencron Gelieide Echtgenoote van L.I.H.R Scipio Blume Geb. 28 Januari 1883 Overl. 10 Maret 1928 Rust Zacht Lieve Doode


Liefde Over Wint Acces J.J.A Brower Gebr. Juli 1898 Overl. 3 Maart 1923 Mijnbouwkundig Opzichfer Rust Zacht Lieve Joop


Hier Ruht In Gott Agnes Elisbeth Kliem Geb. Patt Geboren 20 - 1 - 1895 Zu Gelsenkirchen Gesturben 8 - 10 - 1935 Zu Pangkalpinang Ruhe In Vrieden


Hier Rust Mevrouw De Bie Overleden 18 Mei 1929 R.I.P


Mietske Homiee Fischer Geboren 3 Juni 1927 Overleden 5 Juli 1928 Rust Zacht Kleine Lieveling


LIEF AARTJE GEB. OVERL. 10 MAART 1941 J. DE KONING


HIER RUST Onze Geliefde Echtgenoot en Vader JAMES PERD. NELWAN Geb. Te Airmadidi 30.3.1898 Overl. Te P.Pinang 3.1.1941 Rest In Vrede


HIER RUST MIJN LIEVE VROUW EMMY BRONSDIJK BLUMENTHAL Geb. 29 Mei 1921 Te Batavia Overl. 24 October 1946 Te Soengailiat


HIE…….MIJN LIEVE ZORGZAME VROUW MARIANNE VOGEL QUEYSEN geb. 12 - 11 - 1911 overl. 18 - 1 - 1951


HIER RUST MIJN GELIEFDE MAN EN VADER MARINUS FRANSISCUS PAANS Geb. 28 Mei 1906 Te Werkendam Overl. 2 Sept. 1954 Pangkalpinang Rust Zacht Lieve Paps


HIER RUST MIJN OUVERGETELIJKE MAN ONZE LIEVE ZORGZAME PAPPIE BERT KUYT Geb. 3 Juli 1913 Overl. 22 Sept. 1950
LABORES VITAE AEQUO ANIMO TULISSE HOMINIBUS HONOR


L.V.D VLIES Geb. 7 - 8 - 97 Overleden 9 - 5 - 43


………RIENETTE MARIA ANNA LEIJERINCK GEBOREN 2 DECEMBER 1894 OVERLEDEN 28 JULI 1895
Share:

LOKASI TENGGELAMNYA KAPAL JEPANG PADA PERANG DUNIA II DI PERAIRAN INDONESIA



Latar Belakang
Perang Dunia II di kawasan Pasifik dan Asia berawal dari serangan pasukan AL kekaisaran Jepang (Imperial Japanese Naval) ke Pangkalan AL Amerika di Pearl Harbor, Hawaii. Peristiwa yang terjadi pada tanggal 7 Desember 1942 kemudian menimbulkan perang antara Jepang dan sekutu yang tergabung dalam American-Britain-Ducth-Australian Command (ABDACOM). Pertempuran dahsyat terjadi di darat, laut dan udara. Perang berakhir setelah Jepang menyerah akibat dibom Atomnya Hiroshima dan Nagasaki.

Penyerangan bala tentara Jepang ke wilayah Indonesia mendapatkan perlawanan yang sengit dari sekutu. Invasi Jepang ke Indonesia melalui tiga jalur, yaitu Selat Karimata dari arah Barat, Selat Makassar dari arah Tengah, dan Perairan Maluku dari arah Timur. Peperangan yang melibatkan kapal-kapal laut terjadi antara lain di Selat Makassar, Selat Badung, Laut Jawa, dan Selat Sunda. Pada peristiwa tersebut pasukan Jepang berhasil mengalahkan pasukan sekutu. Beberapa kapal perang dari kedua belah pihak tenggelam.

Kapal-kapal Jepang yang menjadi korban keganasan perang kemudian terkubur di perairan Indonesia. Lokasinya tersebar di Perairan Barat dan Timur Indonesia. Batas antara keduanya sering disebut sebagai Garis Wallace sesuai dengan nama ekspedisi yang pernah dilakukan oleh Wallace. Lokasinya berada di Selat Makassar yang memisahkan Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi.Kapal-kapal Jepang yang tenggelam di perairan Indonesia dapat diketahui dari internet dan masyarakat nelayan yang tinggal di tepi pantai. Hal terakhir didapatkan penulis ketika berada di Desa Tanjung Labu, Pulau Lepar, Kabupaten Bangka Selatan. Propinsi Bangka-Belitung. Masyarakat disana menyebutkan adanya kapal Jepang di perairan antara Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengungkap keberadaan kapal-kapal Jepang yang tenggelam di perairan Barat Indonesia berdasarkan data-data yang diperoleh dari internet dengan harapan dapat diidentifikasi dan lebih lanjut dilakukan upaya pelestariannya.

Lokasi Kapal Jepang yang Tenggelam

Gelombang serangan pasukan Jepang pertama kali menyerang Tarakan. Tarakan penting bagi Jepang karena terdapat 700 sumur dan kilang minyak serta lapangan terbang. Setelah menguasai Tarakan, maka pasukan yang lebih besar berangkat dari Davao, Filipina. Armada kapal angkatan laut di bawah komando Wakil Laksamana Ibo Takahashi bertugas melakukan pendaratan pasukan di Manado, Kendari, Ambon, Makassar, Timor dan Bali. Konvoi mendapat pengawalan dari kapal-kapal di bawah komando Laksamana Muda Raizo Tanaka berkekuatan 12 kapal perusak, 2 kapal angkut pesawat, 5 kapal penjelajah, 4 kapal patrol, 5 kapal penyapu ranjau, dan 3 kapal pemburu kapal selam. Armada lainnya merupakan armada pasukan amfibi yang berangkat dari Teluk Cam Ranh, Indochina (Vietnam). Pasukan di bawah komando Wakil Laksamana Jisaburo Ozawa berkekuatan 22 kapal pengangkut, 7 kapal penjelajah, 11 kapal perusak, dan kapal induk Ryujo yang membawa divisi udara ke-3. Pasukan ini bertugas melakukan penyerangan ke Malaya, Singapura, Sumatera, dan Jawa bagian Barat. Kemenangan gemilang diraih pasukan kekaisaran Jepang dalam pertempuran di Manado, Balikpapan, Ambon, Selat Makassar, Palembang, Selat Badung, Laut Jawa, dan Selat Sunda. Namun pertempuran-pertempuran dalam rangka menguasai sumber alam di Indonesia itu mengakibatkan kerugian jiwa dan material seperti tewasnya para tentara, tertembaknya pesawat, dan tenggelamnya kapal.

Suatu hal yang meggembirakan sekali bahwa saya dapat menyaksikan secara langsung salah satu kapal Jepang yang tenggelam di Selat Makassar pada kedalaman 30 meter ketika sedang mengikuti pelatihan bawah air yang dilaksanakan oleh Direktorat Peninggalan Bawah Air, Depbudpar pada tahun 2006. Namun sangat disayangkan bahwa saat itu dijumpai adanya kegiatan pengrusakan dengan cara pengambilan besi kapal yang dilakukan oleh penyelam tradisional dengan menggunakan kompresor sebagai alat bantu pernafasan. Badan kapal telah banyak yang hilang dan meninggalkan bagian yang utuh dibagian depan saja karena disana masih terdapat tumpukan bom yang tersusun rapih.Mungkinkah itu adalah kapal perusak Natsushio yang tenggelam oleh torpedo kapal selam USS S-37 (SS-142) di koordinat 05o10’S, 119o24’E. Kalau bukan, kapal perang Jepang yang manakah itu. Pertanyaan tersebut yang harus dicarikan jawabannya.

Data-data yang diperoleh dari internet menunjukkan bahwa banyak sekali Kapal AL Jepang (Japanese Naval Vessel) maupun Kapal Niaga Jepang (Japanese Merchant Vessel) yang tenggelam di perairan Indonesia. Jumlahnya mencapai sekitar 175 kapal terdiri dari 44 kapal AL dan 131 kapal Niaga Jepang.Hasil pemilahan lokasi kapal tenggelam berdasarkan titik koordinat wilayah Perairan Barat Indonesia memperoleh jumlah 20 kapal AL dan 49 kapal Niaga. Sementara kapal tenggelam di Perairan Timur Indonesia berjumlah 24 Kapal AL dan 82 Kapal Niaga. Berdasarkan angka-angka itu, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah kapal Jepang yang tenggelam di Perairan Timur Indonesia lebih banyak dibandingkan Perairan Barat Indonesia.

Data kapal tenggelam yang termasuk Kapal AL Jepang berjumlah 44 buah terdiri dari 10 destroyer, 11 minesweeper, 2 frigate, 2 submarine, 1 torpedo boat, 2 tank landing ship, 2 minelayer, 1 seaplane tender, 8 special submarine chaser, 1 yacht, dan 3 cruiser. Kapal-kapal tersebut tenggelam sebagian besar disebabkan serangan dari submarine berjumlah 26 kapal, army craft berjumlah 7 kapal, mine berjumlah 3 kapal, aircraft berjumlah 2 buah, surface craft berjumlah 1 kapal, dan army mine berjumlah 1 kapal.Sementara itu data Kapal Niaga Jepang yang tenggelam di perairan Indonesia berjumlah 131 kapal terdiri dari 78 cargo, 21 passenger-cargo, 17 tanker, 6 converted tender, 3 converted net tender, 2 converted seaplane tender, 1 converted submarine tender, dan 1 transport. Pada umumnya tenggelam disebabkan oleh submarine berjumlah 81 kapal. Penyebab lainnya adalah army aircraft berjumlah 16 kapal, marine casualty berjumlah 6 kapal, aircraft berjumlah 6 kapal, surface craft berjumlah 5 kapal, navy land-based aircraft berjumlah 5 kapal, navy carrier-base aircraft, navy aircraft, dan army mine masing-masing berjumlah 1 kapal. Sedangkan tenggelamnya Inabasan Maru Sakura Maru, dan Horai Maru disebabkan oleh berbagai senjata yang berasal dari army aircraft, aircraft, dan surface craft.
Berikut ini uraian sebagian kapal-kapal Jepang yang tenggelam di Perairan Indonesia yang berhasil ditelusuri melalui internet.

1. Kapal Selam I-30
I-30 adalah kapal selam kelas B1 di AL Kekaisaran Jepang. I-30 diselesaikan di markas AL Kure. Kapal ini berpartisipasi dalam sebuah misi Yanagi yang bertujuan menghubungkan Jerman Nazi dan Jepang oleh kapal selam. Kapal selam I-30 merupakan kapal selam pertama Jepang yang mencapai Eropa dan markas kapal selam U-Boat Jerman di Lorient Prancis pada tahun 1942. I-30 membawa pulang beragam informasi dan teknologi seperti radar, meriam anti udara performa tinggi dan beragam cetak biru. Pada tanggal 13 Oktober 1942 ketika keluar dari dari pelabuhan Singapura menabrak sebuah ranjau yang disebar Inggris dan tenggelam. Komandan Endo dan 96 kru selamat sedangkan 13 lainnya hilang. Penyelam-penyelam dari unit perbaikan Angkatan Laut No. 101 berhasil meyelamatkan muatan berharganya antara lain senjata 20 mm dan cetak biru radar.

2. Kapal Angkut Pesawat Notoro
Notoro merupakan sebuah kapal angkut pesawat (aircraft carrier) yang mengangkut 12 pesawat. Kapal beratnya 14.050 ton, panjang 138,88 meter, lebar 17,68 meter, kecepatan maksimum 12 knot, dan muatan 155 kru. Mesin menggunakan mesin ekpansi tiga poros dan 4 panci. Persenjataan yang dimiliki 2 senapan 45/(4,7 inchi) dan 2 senapan AA 40/(2 inchi). Pada tanggal 5 Nopember 1944 tenggelam oleh pesawat Angkatan Darat Amerika di 01o18’N, 103o52’E

3. Kapal Perusak Shimotsuki
Shimotsuki berarti Nopember merupakan sebuah kapal perusak kelas Akizuki di AL kekaisaran Jepang. Kapal dibangun oleh galangan Nagasaki Mitsubishi pada tanggal 6 Juli 1942 dan diluncurkan pada tanggal 7 April 1943. Pada tanggal 31 maret 1944 bertugas di skuadron kapal perusak 11.Karakteristik kapal beratnya 2,743 ton dalam kondisi standard an 3,759 dalam muatan penuh, panjangnya 134,2 meter, balok 11,6 meter, rangka 4,15 meter, kecepatan 33 knot dan memuat 263 orang. Pada Maret 1944 persenjataan terdiri dari 8 senapan DP kaliber 65/(4 inchi), 25 senapan AA 25 mm, 4 tabung torpedo 24 inchi, 8 torpedo tipe 93, dan 56 bom laut tipe 95. Sedangkan Juli 1944 senapan AA 25 mm ditambah 10 buah sehingga menjadi 35 buah.
Pada tanggal 25 Nopember 1944 terkena torpedo yang diluncurkan oleh USS Cavalla (SS-244) dan tenggelam di 410 km sebelah Timur-Timur laut Singapura dengan korban jiwa yang banyak termasuk Letnan Komodor Kenji Hatano. Lokasi tenggelamnya kapal di koordinat 2o21’N, 107o20’E

4. Kapal Penjelajah Ashigara
Ashigara adalah sebuah kapal penjelajah berat kelas Myoko di AL Kekaisaran Jepang. Nama tersebut merupakan nama sebuah gunung diperbatasan Kanagawa dan Shizuoka yang juga disebut sebagai Gunung Kintoki. Kapal-kapal lainnya yang sekelas adalah Myoko, Nachi, dan Haguro. Kapal dikerjakan di galangan kapal Kawasaki di Kobe. Pembuatannya pada tahun 1924 dan diluncurkan tahun 1928. Klasifikasi kapal beratnya 13.500 ton, panjang, 203,76 meter, balok 19 meter, rangka 5,03 meter, kecepatan 35,5 knot dan muatan 920-970. Tumpangannya 1 buah pesawat terbang. Persenjataan terdiri dari 10 senapan 203 mm, 8 senapan 127 mm, 2 senapan mesin 13 mm, dan 12 tabung torpedo 610 mm.
Pada Pertempuran Laut Jawa termasuk yang mengakibatkan tenggelamnya kapal penjelajah HMS Exeter dan kapal perusak HMS Encounter. Pada Pertempuran Teluk Leyte tanggal 24 Oktober 1944 dibawah komando Kapten Hayao Miura tergabung dalam pasukan bersama kapal penjelajah Nachi dan 8 kapal perusak. Pada bulan Desember 1944 mendapatkan serangan udara sehingga mengalami kerusakan oleh sejumlah bom ketika mengambil bagian dalam serangan terhadap pendaratan tentara Amerika di Mindoro, Filipina.
Pada tanggal 8 Juni 1945 meninggalkan Batavia menuju Singapura membawa 1.600 tentara dengan dikawal kapal perusak Kamikaze. Di Selat Bangka kedua kapal mendapat serangan tiga kapal selam sekutu, Blueback, Trenchant, dan Stygian. Kamikaze menyerang Trenchant dengan tembakan dan bom laut. Ashigara terkena serangan torpedo sehingga tenggelam. Komandan Laksamana Muda Hayao Miura bersama 400 tentara dan 853 kru diselamatkan oleh Kamikaze.

Penutup
Internet merupakan sumber pengetahuan di dunia maya. Segala informasi yang bersifat positif dan negatif berada di dalamnya. Informasi mengenai peristiwa Perang Dunia II antara Jepang dan Sekutu sangat banyak. Data-data yang berkaitan dengan hal itu dapat diakses oleh siapa saja, dimanapun, dan kapanpun. Begitu pula mengenai data kapal tenggelam baik dari pihak Jepang maupun Sekutu.
Perang Dunia II menimbulkan penderitaan terhadap tentara yang terlibat langsung maupun masyarakat biasa. Bukan hanya korban jiwa tetapi juga korban material yang berupa peralatan tempur seperti tank, pesawat, dan kapal tempur. Perairan Indonesia menjadi saksi bisu pertempuran hebat yang terjadi antara kapal sekutu dan Jepang. Kapal-kapal tenggelam bersebaran hampir diseluruh tempat. Beberapa kapal telah diketahui keberadaannya, sedangkan sisanya masih misterius. Kapal-kapal tenggelam yang telah menjadi bangkai kapal (shipwreck) menjadi bukti sejarah yang tidak akan terlupakan.
Kapal-kapal Jepang yang tenggelam di perairan Indonesia merupakan salah satu "kekayaan" yang harus mendapat perlindungan. Kekayaan itu tidak luput dari penjarahan untuk diambil besinya dan barang yang terdapat didalamnya. Hilangnya kapal-kapal tenggelam yang mengandung sejarah akan sangat merugikan bagi pengembangan penelitian, pelestarian, dan pemanfaatan peninggalan bawah air.
Share:

Profile

Foto saya
AGUS SUDARYADI, arkeolog yang bekerja di Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi Wilayah Kerja Prop. Jambi, Sumsel, Bengkulu, dan Kep. Bangka-Belitung yang sering melakukan Jelajah Situs dalam rangka Pelestarian Cagar Budaya. Menurut UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Situs adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Pekerjaan tersebut memberikan saya kesempatan untuk menjelajahi pelosok negeri di Propinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka-Belitung. Pelosok karena lokasi yang kami datangi kebanyakan berada di luar kota, bahkan sampai masuk hutan. Maklum Cagar Budaya atau Diduga Cagar Budaya yang saya tuju sekarang berada di daerah yang jauh dari kota. Kegiatan yang memerlukan stamina dan mental yang kuat adalah dalam rangka pelestarian Cagar Budaya Bawah Air. Saya telah mengikuti pelatihan Arkeologi Bawah Air di dalam dan luar negeri, antara lain Makassar Sulsel, Pulau Bintan Kepri, Tulamben Bali, dan Karimunjawa Jateng serta Thailand dan Sri lanka.

Popular Posts

Recent Posts

Pages